Setelah Sate Maranggi, Kini Kue Surabi khas Sunda Go Internasional

Foto : Jurnalis ABC Australia David Lipson (38) kebingungan saat melihat Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memperlihatkan cara membuat kue surabi.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Jurnalis ABC Australia David Lipson (38) kebingungan saat melihat Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memperlihatkan cara membuat kue surabi. Penganan khas Sunda yang biasa dijajakan Mak Halimah (44) di lingkungan kantor Pemkab Purwakarta itu menjadi menu sarapan wajib Dedi.

David mencicipi makanan yang terbuat dari tepung beras dan dibakar diatas tungku dengan kayu bakar pohon karet itu. Meski pernah 10 Tahun tinggal di Indonesia, David mengaku baru pertama kali mencicipinya.

“Delicious!!, (enak.red),” ungkapnya di Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Jalan Gandanegara No. 25, Jum’at (19/1/2018).

Baca Juga  Taman Sri Baduga Tak Beroperasi Sejak Empat Minggu

David menuturkan, di Negara asalnya, tidak terdapat makanan dengan komposisi yang sama dengan kue surabi. Meski begitu, dia mengaku lidahnya cocok dengan kuliner khas Indonesia.

“Di Negara saya tidak ada makanan seperti ini. Saya baru mencicipinya sekarang. Rasa makanan ini sangat unik,” katanya.

Bukan hanya kali ini saja Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memperkenalkan makanan khas Sunda khususnya Purwakarta ke dunia internasional. Saat diminta menyampaikan gagasan tentang keluhuran budaya Indonesia khususnya budaya Sunda di forum PBB, Dedi membawa serta Sate Maranggi.

Demi promosi kue surabi, Dedi tak segan memberikan resep rahasia kuliner itu kepada David. Ini ia dilakukan dalam rangka pelestarian kuliner tersebut yang saat ini sudah jarang ditemui.

Baca Juga  Tadabur Alam, Liburan Ala Crew Headline Jabar

“Ini terbuat dari tepung beras, ada yang dicampur oncom, ada yang ditambah gula merah cair. Ada juga yang original tanpa campuran,” ungkap Dedi.

Menurut Dedi, hari ini sudah muncul beberapa varian kue surabi mulai dari surabi sosis, surabi keju, surabi pandan dan lainnya. Sayangnya, kata dia, tepung yang digunakan untuk pembuatannya bukan tepung beras melainkan tepung biasa.

“Iya banyak varian surabi sekarang ini. Tapi sayang kebanyakan memakai tepung biasa, bukan tepung,” ujarnya.

Baca Juga  Wapres JK: Kalau Mau Bikin Pariwisata, Bikin yang 'Wah'

Angkat Kepercayaan Diri Daerah 

Kepercayaan diri masyarakat di sebuah daerah lanjut Dedi dapat terangkat melalui penguatan identitas kuliner. Apalagi, makanan khas daerah terutama Jawa Barat tidak pernah menggunakan bumbu penyedap rasa atau pewarna buatan.

“Makanan kita itu higienis dan mampu bersaing di dunia internasional. Karena itu, masyarakat kita harus percaya diri mempromosikan kuliner khas daerah,” tegasnya.

Lebih jauh, target peningkatan ekonomi masyarakat dapat tercapai melalui kuliner. Jenis usaha kuliner kebanyakan dikelola oleh UMKM sehingga langsung bersentuhan dengan ekonomi kerakyatan.

“Sate Maranggi telah berhasil menjadi ikon dan membantu perekonomian masyarakat di Purwakarta. Kue surabi bisa menjadi ikon juga,” tandasnya.