Tanpa Valentinan, Abah Ma’i dan Mak Kasih Tetap Romantis

Foto : Abah Ma’i dan Mak Kasih tetap romantis meski belum dikaruniai buah hati, hingga kini.
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Abah Ma’i (70) dan Mak Kasih (80) tinggal di Kelurahan Munjul Jaya RT 17 RW 09 Kecamatan Purwakarta. Masuk usia 27 tahun pernikahan, kasih sayang dan cinta antara keduanya tak berkurang sedikitpun.
Jika dilihat, kehidupan rumah tangga keduanya jauh dari kata mewah. Hidup di rumah semi permanen, Abah Ma’i dan Mak Kasih tetap romantis meski belum dikaruniai buah hati, hingga kini.
Abah Ma’i sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat keliling, berbekal sebilah tongkat, ia menyusuri jalan dan gang kecil di wilayah Kecamatan Kota Purwakarta untuk mencari pelanggan.
Dalam sehari, kakek yang penglihatannya terganggu sejak lahir itu memperoleh uang rata-rata Rp20.000 hingga Rp50.000.
Sementara itu, istrinya, Mak Kasih, membantu menambah penghasilan keluarga dengan menekuni profesi sebagai buruh tani.
Saat ditanya resep pernikahan agar selalu rukun, sambil tersenyum Mak Kasih berujar bahwa cinta dan saling pengertian lah yang menjadikan mereka tetap bersama hingga kini.
“Cinta pokok nya mah, sareng nampi saayana kaayaan carogè, jodo mah kan teu aya nu apal. (Cinta pokok nya, dan menerima keadaan suami apa adanya, karena jodoh tidak ada yang mengetahui),” ujar Mak Kasih, Selasa (14/2/2017).
Berkenaan dengan nuansa kasih sayang, cinta, dan romantisme, dunia punya hari besar soal ini. Meski kadang salah kaprah tiap orang dalam memaknai, 14 Februari dirayakan sebagai hari kasih sayang atau Valentine Day.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengunjungi sepasang suami istri istri ini. Bupati Dedi datang bukan tanpa alasan. Kang Dedi, sapaan karibnya, menilai banyak orang yang salah kaprah dalam memaknai momentum 14 Februari dalam setiap tahunnya.
Ia melihat, di hari yang oleh sebagian kalangan dikenal sebagai Hari Valentine ini, selalu banyak orang yang mendadak romantis. Kasih sayang sudah seharusnya melahirkan suasana saling melengkapi diantara pasangan.
“Boleh dilihat kondisi rumahnya, semi permanen, mereka sudah 27 Tahun menikah, meski belum dikaruniai keturunan mereka tetap saling mengasihi dan saling menyayangi, tidak sok romantis, tapi ini romantis beneran,” kata Kang Dedi sambil berbincang dengan sepasang kekasih renta itu.
Pemaknaan keliru Hari Kasih Sayang ini pun berdampak pada kehidupan sosial terutama anak-anak remaja, pria yang selalu mengenakan pakaian khas Sunda ini menyebut, eksploitasi seksualitas seringkali menjadi akibat negatif, dibandingkan dengan pemaknaan kasih sayang itu sendiri.
Tidak perlu sikap ekspresionis dalam menunjukan kecintaan terhadap pasangan. Ia mengajak agar para pasangan muda meneladani Abah Ma’i dan Mak Kasih yang santai dan kalem dalam menjalani pernikahan tetapi berlangsung awet.
“Abah dan Emak ini, meski tanpa merayakan hari valentine, pernikahan mereka rukun dan awet,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Dedi memberikan hadiah kepada pasangan renta itu berupa perbaikan rumah lengkap dengan tempat tidur baru, dan paket sembako yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY