Taman kini menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sebagai daerah yang memiliki kawasan industri cukup luas, Purwakarta kini memfokuskan pembangunan ruang publik.
Dilakukan untuk penekan pengeluaran para pekerja industri sehingga tidak perlu lagi mencari tempat bercengkrama dengan keluarga ke luar kota. Mereka cukup berkeliling di sekitar Jl KK Singawinata yang menjadi lokasi keberadaan Taman Sri Baduga dengan Air Mancur terbesar se-Asia Tenggara.
Taman Citra Resmi yang dibangun sebagai penanda perjuangan wanita Sunda dan Taman Surawisesa tempat arena kaulinan (permanina, red) anak-anak. Seputaran Jl Gandanegara sekaligus kompleks Kantor Setda Purwakarta menjadi bagian yang tidak bisa dilewatkan.
Dibangun empat taman sekaligus yakni Taman Pancawarna yang menjadi simbol kebhinekaan terilhami dari Pancasila, dinamai Pancawarna karena di area taman ini terdapat lima warna bunga dan tanaman yang siap memanjakan mata para pengunjung.
Taman Maya Datar tepat berada di depan Taman Pancawarna. Maya Datar sekaligus menjadi nama Alun-alun Purwakarta yang dahulu bernama Alun-alun Kian Santang. Kini Alun-alun Maya Datar menyajikan dua menu taman yang indah yakni Taman Maya Datar itu sendiri dan Taman Pesanggrahan Padjadjaran.
Taman-taman kota dibangun bukan tanpa falsafah. Inilah bagian menariknya, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang merancang taman-taman ini sendiri tanpa menggunakan satu pun jasa konsultan mengatakan semua taman ini dibangun semata berdasarkan kontemplasi dirinya melihat kondisi riil masyarakat Purwakarta yang mulai membutuhkan ruang publik untuk interaksi sekaligus rekreasi menghilangkan kepenatan aktivitas sehari-hari.
“Saya sering membayangkan sepertinya ini bagus kalau ada kolam, kalau ada jembatan yang diiringi gemericik air, bunga-bunga ditanam dengan gradasi warna yang menyejukan mata. Kalau mata sudah sejuk itu bisa tembus menelusup ke dalam hati dan perasaan. Implikasinya tingkat stres menurun seketika,” kata Dedi di area Taman Pancawarna, Sabtu (7/5/2016).
Dedi menegaskan, dirinya tidak sekedar berhenti pada aspek kegunaan taman untuk ruang publik dan rekreasi. Menurut dia unsur edukasi menjadi orientasi utama segenap pembangunan yang dia lakukan. Dia sempat menjelaskan Taman Pancawarna mengajarkan Kebhinekaan bangsa Indonesia karena diilhami dari Nilai-nilai luhur Pancasila yang berisi semangat toleransi kebangsaan.
“Warna bunga dan tanamannya banyak di taman ini. Bukankah warna kepercayaan, keberagaman, pandangan tentang kebangsaan pun banyak di negeri ini. Saya ingin warga Purwakarta memahami ini sehingga dapat saling hormat menghormati perbedaan dalam kehidupan mereka,” kata Dedi.
Sambil berjalan memasuki Area Taman Pesanggrahan Padjadjaran Dedi kembali menjelaskan filosopi pembangunan taman yang rencananya akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo ini. Jembatan yang menyambungkan sisi selatan dan utara taman ini ia namakan Jembatan Pancasila dan Jembatan Pancaniti.
“Kita semua mengetahui sila-sila dalam Pancasila toh. Nah kalau Pancaniti ini Ikhtiar manusia untuk menapaki satu per satu tangga Pancasila itu sehingga terwujud Keadilan Sosial bagi seluruh anak bangsa. Sehingga kalau pun ada masyarakat yang selfie disini, selfie-nya bukan selfie lebay tetapi selfie yang berpancasila,” kata dia.
Saat ditanya taman mana saja yang menjadi favorit kunjungan warga Purwakarta dan sekitarnya, Dedi mengatakan Taman Sri Baduga masih menempati ranking pertama kunjungan terbanyak. Ia menuturkan hal itu disebabkan karena didalam taman tersebut terdapat Air Mancur terbesar se-Asia Tenggara. Setiap akhir pekan taman ini menjadi destinasi wisata utama bagi warga Purwakarta bahkan Jawa Barat dan Indonesia.
Di balik kemegahan aneka taman di Kabupaten Purwakarta, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sendiri hanya seorang sarjana hukum lulusan Sekolah Tinggi Hukum (STH) Purnawarman, bukan universitas atau sekolah tinggi bonafid.
“Saya memiliki target tiga juta wisatawan untuk berkunjung ke seluruh lokasi wisata di Purwakarta, setelah saya perhatikan perkembangan beberapa bulan ini saya malah memprediksi ini akan melampaui target. Setiap malam minggu Purwakarta menjadi lautan manusia,” kata Dedi.
Salah satu warga Purwakarta asal Campaka Ikhsan (28) memberikan apresiasi terhadap pilihan ruang publik yang beragam. Dirinya bahkan mengajak teman-temannya yang berasal dari Bandung untuk datang berkeliling Purwakarta.
“Saya awalnya melihat dari Instagram Pak Bupati kemudian saya repost dan ternyata banyak kawan dari Bandung yang tertarik. Mereka bahkan ingin melaksanakan pre-wedding di Taman Pancawarna. Malam ini mereka akan datang melihat Air Mancur Taman Sri Baduga,” tutur Ikhsan.(*)