Sumpah Pemuda Muara Semangat Persatuan
Foto : Mojang dan Jajaka Purwakarta. Arif Rohman (kiri) dan Indri Yunita (kanan)
SEBAGAI Jajaka Purwakarta, Arif Rohman (18), pria kelahiran Cirebon 28 Mei 1997 ini baru saja dinobatkan sebagai Juara 1 Jajaka Purwakarta pada ajang Pasanggiri Mojang dan Jajaka Kabupaten Purwakarta 2015. Dirinya harus mampu menjadi role model pemuda ideal harapan keluarga, masyarakat, bahkan negaranya.
Arif yang tercatat sebagai mahasiswa Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik (STT) Wastukancana Purwakarta ini memaknai arti Sumpah Pemuda sebagai muara semangat persatuan para pemuda di Indonesia. Dirinya menegaskan sangat penting memaknai peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober.
“Sumpah pemuda adalah ikrar persatuan dan kesatuan bangsa yang dilontarkan para pemuda patriotik di tengah hegemoni kolonialisme penjajahan. Maka dari itu, para pelajar yang merupakan pemuda penerus bangsa harus dapat memahami peristiwa sumpah pemuda agar dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat dan penuh martabat,” katanya.
Dengan memahami peristiwa Sumpah Pemuda, kata Arif, para pelajar sekarang dapat menyerap jiwa persatuan dan semangat para pemuda kala itu. “Sehingga bisa memiliki semangat dan perjuangan yang sama yang bisa diterapkan saat ini,” ujarnya.
Banyak hal yang bisa dilakukan seorang pelajar dalam memaknai semangat Sumpah Pemuda. Di antaranya berbakti kepada orangtua, berguna di masyarakat sehingga berarti bagi negaranya. “Bisa juga dengan giat belajar, mengukir prestasi di bidang akademik maupun nonakademik, termasuk menjauhi segala hal tentang narkoba,” katanya.
Dirinya juga merasa bangga sebagai bagian dari masyarakat Purwakarta. “Saya bangga Purwakarta memiliki Bupati seperti H Dedi Mulyadi SH yang memiliki semangat berjiwa muda. Kebijakan dilarang berpacaran di atas jam 9 malam sangat tepat untuk dapat menjauhi dari perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dan agama,” katanya.
Kebijakan larangan pelajar menggunakan motor ke sekolah juga sangat brilian. “Selain meminimalisir kecelakaan juga dapat menghindari para pelajar dari potensi balap liar hingga bergabung dengan geng motor. Kalau pun ada siswa yang sudah memiliki SIM, namun di mana rasa kebersamaannya?” ujarnya.
Dan yang tak kalah hebat adalah kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 pagi bagi sekolah negeri. “Lihat saja, setiap Subuh masjid-masjid sekarang penuh dengan para pelajar. Selain itu saya yakin ke depan warga Purwakarta, khususnya pada pemuda menjadi pribadi-pribadi produktif dan penuh kreativitas. Dan itulah makna Sumpah Pemuda yang sesungguhnya,” ucapnya.(drs)