Jangan Telantarkan Kami Nak…
DI kediaman berdinding bilik bambu berteraskan tanah, si tua itu terbaring lemah. Tubuh kurus, terbungkus jejak asam pahit kehidupan. Sekejap dua kelopak matanya terpejam. Sakit yang terasa, membelit sekujur rasa. Gubuk berdinding bilik bambu berteras tanah, si tua ini berdiam meratapi akhir usianya. Renta hanya bagian status sosial, tetapi struk menjadi ujian penyakit yang mendekapnya bertahun-tahun.
Istrinya sudah lama berpulang, anak cucu tinggal di perantauan luar daerah. Lama tak tukar kabar demikian menjenguk si tua yang tinggal di Desa Margasari Kecamatan Pasawahan. Dusun ternama di Kabuaten Purwakarta, Jawa Barat itu. Terlantar, senjanya menemani. Di mana anakku…?
Akhir-akhir ini di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, banyak ditemukan orang tua yang ditelantarkan oleh anak-anaknya. Bukan saja melanggar aturan formal keagamaan, sedikit disilangkan saja dengan norma etis sosial, kesan apa yang didapat. Memasuki usia senja, orang tua memang sepatutnya mendapatkan perhatian dari sanak saudara. Bukan permasalahan utang jasa, ataupun sejenisnya. Tetapi memang, tidak ada akibat tanpa sebab.
Kondisi ini sampai terdengar langsung di telinga seorang pemimpin. Menjadi kewajiban, pemimpin adalah representasi nilai-nilai seorang ibu, yang mengurus rakyat sebagaimana anaknya sendiri. Geram tak terima, Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta mengutuk perbuatan keji tersebut. Pemerintah mesti hadir dalam setiap mata rantai kehidupan, seyogianya demikian.
Kang Dedi, sapaan akrab pemimpin ini tak segan mencabut subsidi bagi siapapun warga yang melakukan perbuatan keji, menelantarkan orang tua. Dalam kegiatan Sekolah Ideologi yang dihelat di Bale Citra Resmi Purwakarta, Kamis (31/3/2016), Kang Dedi menegaskan siapapun mesti memberikan perhatian lebih terhadap orang tua.
Sanksi berupa pencabutan subsidi ini, bertujuan agar masyarakat lebih memberikan perhatian kepada orang tuanya apalagi saat menginjak usia senja. Bahkan hari ini pun dia mengaku mendapatkan laporan melalui SMS Center dan akun sosial media miliknya.
“Saya tuh sering bingung, kok tega ada anak yang meninggalkan orang tua sendiri. Kemarin di Margasari, hari baru saja dapat laporan lagi ada anak yang menjual tanah orang tuanya, lalu orang tuanya ditelantarkan begitu saja. Hal seperti ini tidak bisa dibiarkan, maka kami berikan sanksi pencabutan subsidi pendidikan dan kesehatannya,” terang Dedi.
Lain menelantarkan, lain pula bagi mereka yang sudi merawat orang tua yang ditinggalkan anak-anaknya. Dedi berujar, Pemerintah Kabupaten Purwakarta akan mengapresiasi secara langsung dengan memberikan insentif sebesar Rp1,5 juta per bulan bagi siapapun yang mau merawat orang tua yang ditelantarkan oleh anak-anaknya.
“Contohnya seperti di daerah Cipinang, Cibatu Purwakarta, ada Abah Kadim yang sehari-hari diurus segala kebutuhannya oleh Ibu Itoh, padahal Ibu Utoh tidak ada hubungan kerabat dengan Abah Kadim,” ujar Dedi bercerita.
Dedi menutup paparannya dengan mengatakan bahwa program ini merupakan cermin kehadiran negara dalam kehidupan warga negara yang mengalami kesulitan dalam hidupnya.
“Jika negara tidak hadir dalam kasus-kasus seperti ini, maka saya khawatir suatu saat negara ini tidak diakui keberadaannya oleh warganya sendiri,” tutup Dedi.(*)
Editor : Dicky Zulkifly