Jalan Lingkar Barat dan Kemerdekaan Warga Isolasi

Foto : Sejumlah warga di Desa Kertamanah Kecamatan Sukasari Kabupaten Purwakarta bermain di jalan beton yang baru dibangun pemerintah, Minggu (6/11/2016).
Desa di sebelah barat Bendungan Jatiluhur itu selama puluhan tahun terisolasi karena akses infrastruktur jalan darat yang buruk
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Warga begitu sumringah merasakan akses jalan yang baru mereka rasakan, sejak puluhan tahun hidup tanpa akses infrastruktur yang layak. Anak-anak berlatih sepeda, main kucing-kucingan, yang lebih dewasa bermain badminton. Terlihat sejumlah orang tua duduk berbincang di pinggiran jalan berbeton.
Pemandangan baru dari potret warga terisolir, sebelah barat Bendungan Ir H Juanda Jatiluhur.
Warga di sejumlah desa di Kecamatan Sukasari, Purwakarta, Jawa Barat ini, baru merasakan bagaimana nikmatnya pijakan kaki di tanah beton. Puluhan tahun sejak bendungan raksasa itu dibangun pemerintah, desa-desa ini terisolir.
Akses jalan darat hanya terbatas pada jalan tanah merah, bebatuan dan kerikil. Untuk menjangkau kota, mereka menggunakan perahu. Dua tahun terakhir, pemerintah setempat baru merampungkan akses jalan dari Kota Purwakarta hingga alun-alun Kecamatan Sukasari sepanjang kurang lebih 46 Km dengan jalan beton.
Foto : Para pelajar di Kecamatan Sukasari bisa menikmati akses jalan ini untuk berangkat dan pulang sekolah.
Tahun ini, pemerintah setempat melanjutkan pembangunan dari alun-alun Kecamatan Sukasari hingga ke Kecamatan Maniis, sebuah daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur sepanjang 21 Km.
Jalur sepanjang 21 Km itu membentang dari Alun-Alun Sukasari Desa Sukasari hingga ke Kecamatan Maniis, yang juga terdapat Bendungan Cirata.
Kampung Curug Pasir Desa Kertamanah Kecamatan Sukasari misalnya, jalan beton sudah melintasi kampung itu. Sejumlah anak kecil, tua maupun muda memanfaatkan jalan beton yang belum dilintasi kendaraan itu untuk bermain.
“Seumur hidup saya tinggal di sini baru kali ini bisa main-main di jalan raya. Baru kali ini ada jalan beton di kampung ini,” ujar Sobari (48), saat ditemui di halaman rumahnya di kampung itu yang menghadap ke jalan raya, Minggu (6/11/2016).
Foto : Dua tahun terakhir, Pemkab Purwakarta merampungkan akses jalan dari Kota Purwakarta hingga alun-alun Kecamatan Sukasari sepanjang kurang lebih 46 Km dengan jalan beton.
Jarak dari kampung itu hingga ke Alun-Alun Sukasari kurang dari 10 Km. Sisa sekitar kurang dari 5 Km lagi yang masih dalam proses pembetonan menuju alun-alun yang merupakan pusat peradaban seadanya bagi warga Kecamatan Sukasari.
Itu karena terdapat sejumlah fasilitas publik mulai sekolah, Puskesmas hingga kantor polisi.
“Jadi warga kampung di sini sejak lahir memang belum ada pembangunan jalan. Jalan satu-satunya untuk ke kota mah pakai perahu. Kalau sekolah biasanya ke Alun-Alun Sukasari,” ujar Yusuf (50).
Lanjut lagi mengikuti jalur, jalan kembali buruk. Apalagi setelah melewati kampung itu, sebuah bangunan jembatan ambruk.
“Dulu mah mana bisa kaya begini. Kalau sehabis hujan misalnya, jalanan sudah tidak berbentuk lagi,” ujar dia.
Foto : Warga di Sukasari menikmati akses Jalur Lingkar Barat yang telah dibangun oleh Pemkab Purwakarta.
Ada dua pilihan, melewati jembatan kayu selebar hanya satu meter atau menyebrangi aliran sungai dengan kedalaman kurang dari 1 meter.
Jembatan itu menjadi batas teritorial antara Desa Ciririp dengan Desa Kertamanah, masih di Kecamatan Sukasari. Jika dari Alun-Alun Sukasari menuju Desa Kertamanah masih ditemukan jalan beton, dari Desa Ciririp hingga Desa Parungbanteng mayoritas jalan masih berupa bebatuan tajam sebesar kepala.
“Kami berharap desa kami bisa segera dilintasi jalan beton juga seperti desa-desa yang telah dilintasi beton dari Purwakarta hingga alun-alun Sukasari,” ujar Didin Saepudin (48), warga Desa Ciririp.
Desa ini juga di beberapa bagian berada di atas ketinggian. Sehingga, banyak tempat bisa melihat danau dari ketinggian. “Selama ini kami jika hendak ke Purwakarta menggunakan perahu, bayar Rp50 ribu hingga Rp75 ribu untuk pulang pergi,” ujar Didin yang mengaku lahir di desa itu.
Foto : Para pelajar di Kecamatan Sukasari bisa menikmati akses jalan ini untuk berangkat dan pulang sekolah.
Jarak Desa Ciririp hingga ke Desa Parungbanteng diperkirakan sekitar kurang dari 10 Km. Namun, medan jalan yang buruk membuat jarak kurang dari 10 km itu menjadi lebih lama. Desa Parungbanteng terbilang cukup parah keterisolirannya.
Desa itu dibelah oleh aliran sungai. Proses pembangunan jembatan permanan sedang dibangun saat ini. Jauh sebelumnya, warga harus melintasi sungai. Sama seperti warga di desa-desa sebelumnya, warga Desa Ciririp pun menginginkan agar pemerintah mempercepat proses pembangunan jalan.
“Anda bisa bayangkan warga di desa ini bisa hidup berpuluh tahun tanpa infrastruktur yang baik karena terpisahkan danau. Lalu saat ini tiba-tiba saja pemerintah bangunkan jalan beton ke desa kami meski belum selesai, tentu saja kami sangat bahagia,” ujar Ayub Kurnia (49) warga desa tersebut.
Meski ketiga desa itu terisolir, di setiap desa sudah tersedia bangunan sekolah SD dan SMP Satu Atap (Satap). Hanya saja, untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMA, warga harus melanjutkan ke SMA Negeri Sukasari.
“Karenanya, kami berharap pembangunan jalan beton itu segera selesai. Sehingga anak-anak kami bisa ke SMA tanpa harus menggunakan jalur perahu ke alun-alun Sukasari,” ujar dia.
Selain ketiga desa itu, dua desa lagi di Kecamatan Maniis yang dilintasi proyek itu yakni Desa Sukamukti dan Gunung Karung Kecamatan Maniis. Dua desa itu berada dikelilingi pegunungan di perbatasan Purwakarta dan Cianjur.
Pelaksana proyek jalan, Saeful Bahri mengatakan pembangunan jalan Purwakarta-Maniis itu memiliki banyak tantangan, termasuk di sisa kurang 20 km lagi yang sedang dalam proses pelaksanaan.
“Struktur tanah labil sehingga pelaksanaannya jadi lama. Di beberapa titik misalnya, tanah yang labil membuat fondasi jembatan kembali rusak,” kata Saeful di Desa Parungbanteng.
Untuk tahun ini, kata dia, pembetonan jalan akan dirampungkan dari Alun-alun Sukasari hingga Desa Ciririp Kecamatan Sukasari. Meskipun, pembetonan juga dilakukan di Desa Gunung Karung Kecamatan Maniis.
“Tahun depan pak bupati minta untuk dilanjutkan kembali dari Ciririp hingga ke Gunung Karung,” ujarnya.
Dicky Zulkifly