Zalu Ditanya Soal Kesemrawutan Pasar Rebo Purwakarta
Foto : Pasar Rebo Purwakarta, kerap menjadi buah keluhan karena kondisinya yang semrawut.
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta jalur perseorangan nomor urut 3, Zainal Arifin dan Luthfi Bamala (Zalu) menjawab tentang kesemrawutan Pasar Rebo Purwakarta.
Pasar yang permasalahannya tidak kunjung selesai di periode Bupati Purwakarta sebelumnya, kerap dikeluhkan sebagai tempat paling macet di Purwakarta.
Para pedagang di pasar ini sempat direlokasi ke Pasar Simpang. Namun tidak semuanya ikut, dan menyetujui. Masih ada para pedagang dan pedagang kaki lima (PKL) pasang badan mempertahankan pasar.
Banyak wacana terkait relokasi Pasar Rebo, salah satunya tempat ini akan dijadikan sebagai pusat taman kota dan alun-alun.
Bagaimana tanggapan Zalu soal permasalahan Pasar Rebo. Zalu merupakan paslon yang memiliki basis massa dan hubungan emosional yang erat dengan masyarakat Pasar Rebo.
“Ya makanya kita jawab, kita sudah persiapkan sebuah strategi untuk penataan Pasar Rebo. Bukan hanya Pasar Rebo ya, tapi pasar-pasar yang lainnya,” kata calon Wakil Bupati Purwakarta, Luthfi Bamala, Selasa (27/3/2018).
Bagi Luthfi, mengapa Pasar Rebo dipandang semrawut, itu dikarenakan gagalnya kebijakan revitalisasi. Pasar Rebo sebagai objek vital, sehingga keberadaannya perlu mendapat perhatian ekstra dari pemerintah setempat.
“Jika pemerintah daerah membeli kembali atau paling tidak menyewa Pasar Rebo dan pelayanan kembali diberlakukan, masalah Pasar Rebo akan tuntas. Dan kami akan lakukan itu jika nanti terpilih di pilkada,” lanjut Luthfi.
Hal yang menjadi keluhan seputar Pasar Rebo antara lain kemacetan jalan, parkir di sembarang tempat, keberadaan angkot menurunnaikkan penumpang di sekitaran pasar, sampai PKL yang berdagang di bahu jalan.
“Ketika nanti kami menjabat, pemda harus membeli kembali Pasar Rebo. Dan melakukan penataan secara berkala. Selanjutnya bekerja sama dengan ikatan warga pasar (Iwapa),” papar Luthfi.
Permasalahan sekarang, tidak tuntasnya komunikasi antara pemda dengan pihak pedagang dan PT SHP. Karena PT SHP berwenang menampung para pedagang Pasar Rebo yang hendak pindah ke Pasar Simpang.
“Kami berkomitmen tidak ada kebijakan relokasi Pasar Rebo, yang ada kami akan membangun pasar ini supaya lebih layak,” terang dia.
Salah satu program yang Zalu persiapkan yakni menjadikan pedagang dan PKL sebagai aset daerah. Dan menjadikan pasar sebagai pusat ekonomi kerakyatan.
“Selama kepemimpinan lima tahun saya kira bisa. Kami menghindari penggusuran untuk semua pasar di Purwakarta,” tutur Luthfi.
Pun Zalu menolak dengan rencana pembangunan pasar modern di lahan pasar tradisional, maupun semi tradisional. Kebijakan ini sempat mau dilakukan pada saat 2016, dimana pemda berencana membangun pasar modern di Pasar Jumat.
“Kami lebih suka membangun pasar modern di lahan baru. Bukan di lahan yang sedang dipakai. Karawang saja punya Galuh Mas, Purwakarta juga harus bisa. Kita akan bangun sentral pasar modern di lahan yang kosong. Ini bagus, untuk menyerap tenaga kerja dan pembinaan pedagan tradisional,” beber Luthfi.
Ihwal Pasar Rebo, Zalu menginginkan pasar ini menjadi magnet perniagaan di Purwakarta. Dengan penataan pasar tradisional berbasis perkotaan, fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos fasum) yang dibangun harus menunjang mobilisasi pemerintah dan masyarakat Purwakarta.
“Di belakang Pasar Rebo itu kan ada pusat perkantoran Purnawarman. Jika Pasar Rebo ditata, aktivitas pemerintahan di Purnawarman tidak akan terganggu mobilitasnya seperti saat ini,” ujar Luthfi.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY