Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai dakwah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pentingnya ketahanan keluarga. PKS kerap memanfaatkan berbagai momentum nasional sebagai sarana penyebaran ide dan gagasan partai.
Salah satunya menjadikan momentum Hari Kartini sebagai inspirasi semangat meningkatkan peran perempuan.
Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPD PKS Kabupaten Purwakarta Mai Mutiah Tri Wahyuni S.Pd.I mengatakan, perempuan dapat berperan dalam berbagai sektor, di antaranya pada sektor keumatan, sosial, profesi, atau politik.
“Untuk memahami peran perempuan tersebut, kami menggelar talkshow Perempuan Pelopor Inspirator dan Penggerak Kebaikan,” ujar Mai, Sabtu (23/4/2016).
Dijelaskan Mai Mutiah, talkshow tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman seluas-luasnya kepada kaum perempuan dalam meningkatkan kapasitas dan peran kepeloporan perempuan.
“Yakni dalam pelayanan, pemberdayaan, dan pembelaan terhadap masyarakat di berbagai sektor pengabdian. Termasuk menyebarkan opini tentang peran perempuan dalam pembangunan dan ketahanan keluarga,” kata Mai Mutiah.
Selain itu, sambung dia, kegiatan tersebut juga diharapkan dapat menguatkan karakter dan identitas PKS sebagai partai yang meningkatkan kapasitas kader perempuannya agar dapat berkhidmat untuk bangsa, negara, dan umat melalui kepeloporannya itu.
“Pada kesempatan ini pula BPKK DPD PKS Kabupaten Purwakarta memberikan apresiasi kepada para tokoh perempuan yang menjalankan peran keumatan, sosial, profesi dan politik,” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, Kartini adalah sosok perempuan yang mampu berpikir kritis melampaui usianya.
“Dirinya adalah perempuan yang mampu memberikan kritik lewat surat-suratnya, dan perempuan yang mampu mengaktualisasikan gagasannya lewat berbagai gerakannya,” kata Mai Mutiah.
Disebutkan Mai Mutiah, Kartini yang memiliki hobi berkoresponden dengan sahabat penanya di Belanda, Prof Anton dan istrinya, kerap menyampaikan pandangannya terhadap peran perempuan.
“Dari salah satu suratnya, dapat disimpulkan bila Kartini memahami perempuan memiliki fungsi strategis dalam perannya sebagai ibu biologis yang mendidik generasi bangsa serta sebagai Ibu Bangsa yang berperan membantu bangsa untuk lepas dari ketergantungan para penjajah,” ujarnya.
Berkat kegelisahannya itu, lanjutnya, Kartini tak hanya menulis tetapi juga mendirikan sekolah perempuan dan ikut mengajar langsung.
“Bahkan Kartini juga melakukan pemberdayaan ekonomi kepada perempuan dan pemberdayaan pengrajin ukir Jepara, baik laki-laki mau pun perempuan agar mampu mandiri dan terbebas dari penjajah,” katanya.
Dirinya menambahkan, Kartini memang seorang perempuan, namun dirinya tak hanya memperjuangkan hak perempuan. “Melainkan juga memperjuangkan hal-hal mendasar yang sepatutnya dimiliki Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka,” ungkapnya.(*)