Luthfi Bamala Bisa Jadi Kuda Hitam
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Sosok Luthfi Bamala lagi-lagi menuai perhatian kontras, serius dan menjadi objek pemberitaan menarik. Pebisnis yang lahir di Purwakarta pada 12 Maret 1982 silam ini lebih suka bersinggungan secara positif dengan masyarakat.
Luthfi kerap menampik apa yang dilakukannya itu sebagai pemantik citra. Ia hanya ingin mendengar secara langsung, lebih dekat, apa yang dibutuhkan masyarakat.
Ya, lelaki jebolan Manajemen Perpajakan Universitas Nasional Bandung ini, tak terhitung satu kali mengunjungi masyarakat. Hanya untuk berbagi rejeki, menyantuni kaum dhuafa, jompo sampai anak yatim piatu.
Apakah ini sebagai ajang Luthfi menjaring simpati dan dukungan masyarakat, modal dirinya untuk maju di bursa pencalonan pemilihan kepala daerah (pilkada)?
Pengamat Komunikasi Politik Mustofa Yuliansyah menilai, tidak ada penghalang bagi siapapun untuk berpolitik. Selalu ada kuda hitam di pilkada, yang muncul tiba-tiba di luar prediksi. Bisa jadi kata Mustofa, tokoh yang sudah kondang dan mendaftar di partai politik sebagai bakal calon, tidak menjadi pengantin pilkada.
“Ada arus bargaining yang tak terlihat dan dilakukan secara tertutup, rahasia. Namun jika saya harus mengamati Luthfi, dia itu seorang pebisnis, ketua organisasi massa, dan anggota partai politik,” papar Mustofa, melalui sambungan telepon headlinejabar.com, Kamis (15/6/2017).
Lebih awal Luthfi menandai agenda Safari Ramadan sebagai wahana bercengkrama dengan masyarakat secara langsung. Dalam seminggu Safari Ramadan LSM Kompak Purwakarta bisa digelar lebih dari satu kali.
Semisal di Desa Cikopak Kecamatan Babakan Cikao, Desa Parakan Salam Pondok Salam, Desa Bunder Kecamatan Jatiluhur, Desa Legoksari Kecamatan Darangdan, Desa Lingga Sari Kecamatan Plered, dan beberapa desa yang lain.
“Jika dilihat, desa yang dikunjungi berlokasi di wilayah kecamatan berbeda. Bisa jadi ini sebagai pemetaan, dimana lumbung suara bisa didapat. Terlepas dari pada masalah tersebut, tidak semua orang memiliki kemampuan secara materi, untuk melakukan hal serupa,” jelas Mustofa.
Mus menggarisbawahi, jika Luthfi lihai mengorganisir massa. Sebagai Wakil Ketua Golkar Purwakarta, dia punya pengalaman cukup dalam berargumen dan mempengaruhi orang.
“Di luar latar belakang dirinya sebagai pebisnis, Luthfi cukup lihai dalam mengorganisir massa. Semenjak menahkodai DPC LSM Kompak Purwakarta, jalan sosialisasi dirinya semakin lebar,” beber Mustofa.
Presidium Majelis Politik Purwakarta Anwar Afriyadi menambahkan, hal menarik dalam Pilkada Purwakarta, framenya digiring bukan hanya tentang mencari sosok pengganti Dedi Mulyadi. Tetapi bagaiman calon Bupati Purwakarta selanjutnya, dibenturkan dengan masalah kapabilitas.
“Apakah dia bisa menyamai, atau tidak. Namun, sejauh ini pola yang terlihat kebanyakan (bakal calon) lebih suka bicara meneruskan, atau menyamakan. Mungkin ada yang hendak melakukan hal baru, tetapi belum disampaikan,” papar Anwar.
Anwar menyimbolkan gerak-gerik tokoh dalam ritme pilkada. Menurutnya, setiap orang yang hendak bersosialisasi membutuhkan panggung dan atribut. “Melalui apa dia menyampaikan dan sebagai siapa dia bicara,” tutup Anwar.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY