Jempol Ruslan Subanda di Pilkada Purwakarta
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Nama Ruslan Subanda menambah jajaran nama kalangan birokrat yang diisukan sebagai salah satu kandidat calon bupati maupun wakil bupati di Pilkada Purwakarta 2018 mendatang.
Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat ini, bak gula-gula yang mulai digerayangi semut. Alih-alih diam, ia mulai didatangi berbagai dukungan.
Ruang geraknya boleh dikata memang terbatas aturan formal, sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang secara etis cukup tabu untuk berbicara politik. Jauh sekedar praktik, terpengaruh secara politis meski sedikit pun dilarang.
“Hidup di ruang kaca memang terbatas. Namun kita dapat melihat dunia luar dengan begitu jelas. Meski jelas, tetap terbatas,” kata Ama Ruslan, sapaan birokrat pelantun puisi ini, saat ditemui di Rumah Makan Teh Haji, Citalang Purwakarta, Rabu (24/5/2017).
Ada hal menarik yang selama ini sering ia lakukan. Meski sederhana, baru-baru ini menjadi sorotan. Adalah acungan jempol Ruslan Subanda, yang seolah-olah menjadi tren kekinian dirinya di hadapan publik.
Dimulai dari acungan jempol, ia berkeyakinan jika hal tersebut merupakan simbol yang positif. Meski tidak seberapa, simbol jari tangan, bagi Ruslan memiliki arti.
“Jempol itu ibu jari. Yang namanya ibu kehadirannya selalu dirindu. Bahkan Purwakarta sukses seperti saat ini karena falsafah tentang ibunya masuk ke dalam berbagai piranti, dan instrumen pembangunan,” jelas Ruslan.
Simbol jari tangan menurut Ruslan berpengaruh terhadap praktik berkehidupan sosial, bahkan psikologis manusia. Kesan negatif, penghinaan sampai ajakan berperang acap tergambar dalam simbol acungan jari tengah.
“Acungan jari tengah bukan lagi sebagai tren, melainkan sudah jauh menjadi nilai dan penilaian. Makanya saya acungkan ibu jari atau jempol saja,” papar dia.
Lantas apa hubungannya dengan Pilkada Purwakarta? Orang saat ini lebih cenderung apriori dengan perbedaan, yang sebetulnya itu bukanlah prinsip. Beda yang didukung dan diusung saja, orang sampai berani mencaci dan saling merendahkan.
Ia berusaha mengapresiasi siapapun dengan pandangan apapun secara positif. Jempol adalah simbol suka, penghargaan dan motivasi.
“Nah di Pilkada Purwakarta ini jangan sampai keluar simbol jari tengah,” tutur dia.
Namun, pihak Relawan Ruslan Subanda untuk Pilkada Purwakarta, Asep Burhana membuka hal lain. Jempol adalah akronim dari “jembatan politik”. Terdengar mainstream memang, dan sarat dengan sesuatu yang terselubung.
“Pemimpin itu tugasnya kan mengantarkan, menyampaikan dan melayani. Jalan tanpa jembatan kan tidak mungkin. Begitu pun dengan politik, perlu jembatan,” tutup Asep.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY