Dosa Besar Golkar Khianati Marwah Perkaderan
Foto : Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto (tengah) didampingi Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham (kanan) dan Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid.(IST)
BANDUNG, headlinejabar.com
Sikap DPP Partai Golkar yang lebih memilih untuk mendukung Walikota Bandung Ridwan Kamil sebagai bakal calon gubernur pada Pilgub Jabar 2018 dianggap sebagai penghianatan terhadap nilai luhur perkaderan.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komarudin menilai, dengan tidak mengusung Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi, DPP Partai Golkar sudah mengkhianati sistem perkaderan yang tengah mereka bangun sendiri.
Dedi didepak untuk tidak dicalonkan sebagai calon gubernur dari Golkar pada pemilihan Gubernur Jawa Barat yang dihelat Juni 2018 mendatang.
Komarudin menyebut, telah terjadi pergeseran pengambilan keputusan di internal elit partai berlambang pohon beringin tersebut dari sistem perkaderan sebagai dasar ke dalam gaya pragmatis.
“Ada perubahan pengambilan kebijakan politik. Dulu, Golkar selalu prioritaskan kader sendiri. Salah satunya Yance, elektabilitasnya di Pilgub Jabar 2013 jauh dari menjanjikan. Karena elit Golkar dulu itu tidak tersandera kepentingan. Maka Yance dicalonkan oleh Golkar, sekarang keadaannya berbeda,” jelas Direktur Indonesia Political Review tersebut dalam rilis minggu ini.
Artinya, kata Ujang, kasus hukum yang tengah mendera Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto sedang dimanfaatkan oleh kekuatan eksternal untuk bermain dalam konstelasi Pilgub Jawa Barat 2018. Terdapat pihak-pihak diluar partai yang tidak menginginkan Dedi Mulyadi maju dalam kontestasi lima tahunan tersebut.
“Implikasinya adalah perubahan orientasi dari kader menjadi non kader karena tekanan itu,” katanya menambahkan.
Ujang melanjutkan, posisi Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi adalah bukan hanya sebagai kader, melainkan kader yang mampu menyelamatkan posisi Partai Golkar di Jawa Barat dari serangan isu nasional. Hasilnya, Partai Golkar di Jawa Barat mampu menjaga tren kenaikan elektabilitas, berbeda dengan di daerah lain.
“Dedi Mulyadi dibesarkan oleh Golkar dan menggunakan pengalaman politiknya untuk membesarkan Golkar di Jawa Barat. Kita tahu sendiri elektabilitas partai ini terjaga di Jawa Barat,” tuturnya.
Namun, partai yang telah dibesarkannya itu kini malah berbalik menyakiti dirinya. Menurut Ujang, kondisi ini secara psikologis membuat Dedi Mulyadi ‘tidak betah’ tinggal di rumahnya sendiri.
“Golkar ini sudah menjadi rumah bagi Dedi Mulyadi. Tetapi melihat perkembangan yang saat ini terjadi, rumah itu sudah tidak membuatnya betah. Dedi kini tersakiti. Jangan lupa, dia punya kekuatan politik kader Golkar. Saya kira ini modal bagi Dedi untuk tetap maju, bisa dari PDIP atau Gerindra,” pungkasnya.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY