HMI Purwakarta: Mahasiswa Harus Menjaga Independensi dari Politik Praktis
Foto: Diskusi Umum yang diadakan oleh HMI Purwakarta
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta Didin Wahidin mengatakan mahasiswa harus mejaga Independensi dari politik praktis.” paparnya.
Hal tersebut dia sampaikan saat diskusi umum yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta di Aula Disporaparbud. (29/09).
“Kita harus kawal demokrasi, dan pemuda serta mahasiswa tidak terjebak pada politisasi, menepis isu mahasiswa ditunggangi politik praktis.” jelas dia.
Sementara Ujang Abidin Ketua Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) Purwakarta mengatakan “mahasiswa tidak perlu netral, untuk persoalan netralitas tidak bisa ada yang netral, Pemilu berbicara hak politik,” Ungkap Ujang Abidin.
Dia juga menjelaskan, untuk persoalan politik yang mesti netral ialah ASN dan TNI-Polri.
“sekalipun ASN pada akhirnya punya hak pilih, namun tak boleh diumbar. Mahasiswa juga tidak bisa netral karena mahasiswa dan perpolitikan Indonesia tidak dapat dipisahkan,” jelasnya..
Peran mahasiswa harus mampu memahami esensi dan tata cara pemilu, dari mulai tahapan, penyelenggara pemilu, waktu pemilihan, serta apa saja yang tidak boleh dilakukan baik oleh pemilih maupun oleh yang dipilih.
“Mahasiswa harus menguatkan diri untuk menjadi pemilih yang baik dan bertanggungjawab,”
Lebih lanjut dia mengatakan, terkait untuk mencermati calon legislatif ke kampus hal tersebut diperbolehkan juga.
“Kalau mengundang calon legislatif ke kampus, tidak jadi persoalam asal ada ruang diskusi. untuk mengenali calon,Peran mahasiswa punya kapasitas untuk diskusi dan pencermatan, bicara untuk masa depan purwakarta,” papar dia.
Sementara Ahmad Arif Immamulhaq Bidang Kepemudaan Disporaparbud mengatakan bahwa dalam politik selamanya tahun politik, bukan hanya tahun ini dan tahun depan serta bersyukur dengan adanya kegiatan diskusi tersebut.
“Bersyukur untuk menambah wawasan, dan membangun komunikasi antar organisasi pemuda untuk membangun kolaborasi pemuda’, papar dia.
yang kedua, lanjut dia, kaitannya dengan bonus demografi, akan kelebihan anak-anak muda. Peran pemuda akan sangat berat disana.
“Dampaknya, generasi muda di tahun 30an, akan menanggung banyak beban. Kita hanya mempersiapkan diri, untuk bisa menanggulangi hal tersebut. Birokrasi hanya motor penggerak kuasai teknologi, dan bahasa inggris untuk bisa bersaing,” pungkasnya. (lan/eka)