STT Muttaqien Purwakarta Gelar Uji Kompetensi Elektronika Dasar
Foto : Peserta saat mengikuti Uji Kompetensi Elektronika Dasar merakit ampli player dan power suplai di STT Muttaqien
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Sekolah Tinggi Teknik (STT) Muttaqien Purwakarta menggelar Uji Kompetensi Elektronika Dasar bagi puluhan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum, Minggu (24/1/2016) belum lama ini. Uji Kompetensi Elektronika Dasar digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) dan Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP). Sementara STT Muttaqien bertindak selaku perguruan tinggi penyelenggara.
Para peserta dituntut untuk menyelesaikan praktik merakit ampli player dan power suplay. Dengan pembekalan teori dasar dan praktek merakit. Dalam sehari, STT Muttaqien menggelar uji kompetensi bagi 40 peserta dibagi ke dalam tiga gelombang. Peserta sendiri berasal dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari SMP berbasis teknik, perguruan tinggi dan umum.
“Minimal mereka pendidikan SMP, memiliki bidang elektronika. Kemudian ada pelajar SMK, mahasiswa, pegawai pabrik dan masyarakat umum. Kegiatan uji komtenesi bidang elektronika ini diselenggarakan di STT Muttaqien, penguji dari lembaga sertifikasi elektronika untuk menguji kemampuan peserta,” jelas Ketua Penyelenggara sekaligus Penguji Rohendi MIkom.
Meski baru pertama kali menggelar kegiatan sertifikasi ini, pihaknya sudah memiliki data pemetaan. Dimana kebanyakan peserta dari sisi teori kurang menguasai. Demikian dari sisi skill kemampuan perlu mendapat pelatihan lagi. Dari segi waktu, uji kompetensi cukup singkat, peserta hanya diberikan jenjang 1,5 jam untuk merakit ampli player dan power suplay.
“Dari 40 peserta, yang lulus hanya satu orang mahasiswa STT Muttaqien. Kami standarnya nasional, yang lulus dan tidak lulus sesuai objektivitas kemampuannya,” ungkap dia.
Panitia Uji Kompetensi Muhammad Chusnan Aprianto SSi MSc menambahkan, sertifikasi keluar setelah 2 sampai 3 minggu kedepan. Dari praktik yang sudah dilaksanakan, tidak semua peserta menyelesaikan. Namun, hasil akhirnya baru bisa terlihat setelah penilaian dari LSK. Sertifikat uji kompetensi sendiri, menurutnya, bisa dipakai untuk melamar kerja ke luar negeri.
“Sebagai lesensi harus ada sertifikasi. Kegiatan ini juga dilakukan dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) dan pemantapan UKM dibidang teknologi. Peserta yang lolos sertifikasi harus membuka lapangan pekerjaan,” papar Aprianto.
Peserta sendiri mendapat subsidi dari pemerintah sebesar Rp300 ribu dari biaya administrasi sebesar Rp300 ribu. Sisanya, peserta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp100 ribu. Uang pendaftaran tersebut, dikembalikan pada peserta berupa komponen peralatan praktik. Mengenai waktu penyelenggaraan, tergantung dari bantuan subsidi pemerintah. Meski demikian, STT Muttaqien akan menggelar uji kompetensi di saat peserta berkenan membayar biaya administrasi full sebesar Rp400 ribu.
“Untuk kegiatan ini murni bantuan Kemendikbud, jadi kegiatannya kami sesuaikan dengan ritme pengeluaran anggaran. Namun saat keinginan sertifikasi peserta meningkat melalui jalur umum kami bisa menggelarnya kapanpun. Untuk kuota dari Kemendikbud dibatas sebanyak 40 orang, kedepan bisa bertambah jadi 100 orang,” ungkap dia.
Kedepan STT Muttaqien akan menggelar uji kompetensi keperawatan dan teknisi AC. Di Jawa Barat sendiri, kampus sertifikasi ini hanya terdapat dua di Purwakarta dan Cianjur. Selain pengembangan teori dasar, kegiatan ini merupakan implementasi pengabdian masyarakat dibidang keilmuan teknik.
“Spesifikasinya kita bisa membantu masyarakat, memberikan jalan bagi mereka dalam menghadapi MEA. STT muttaqien, kedepannya akan terus menggelar uji kompetensi ini dalam menyiapkan sumber daya MEA,” tutur dia.
Peserta pelajar SMK Kota Ilmu Plamboyan Purwakarta Masjadun Fathul Basit menuturkan, cukup bangga bisa ikut uji kompetensi mewakili sekolahnya. Meski dirinya tidak dapat menyelesaikan keseluruhan materi praktik. Fathul mengakui, ia hanya menyelesaikan perakitan ampli player.
“Waktunya terlalu cepat, dan kebanyakan diskusi. Tapi saya akan memperbaiki kesalahan saat praktik di sekolah. Teorinya tidak terlalu rumit, hanya dari segi waktu praktik. Dua materi praktek saya selesaikan, hanya ada satu yang berhasil hidup,” pungkas Fathul.(aga)