Kelas Bahasa Korea di Perpusda Purwakarta

Diorama Nusantara /Perpusda Purwakarta.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Setelah sukses dengan lima program perpustakaan unggulan (Lipperpul) dan sempat menyabet penghargaan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai kabupaten terbaik dalam penerapan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Purwakarta melakukan gebrakan kembali di awal tahun 2021 ini.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Purwakarta, Mohammad Ramdan mengatakan program 2021 pihaknya bakal mengadaan kelas-kelas bahasa yang berguna bagi generasi muda. Sebab, sejauh ini baru ada kelas merajut, sehingga dirinya menginginkan adanya kelas bahasa Korea dan Inggris, serta kelas menyablon.

Baca Juga  Hasilkan Generasi Unggul STAI DR KH EZ Muttaqien Wisuda 159 Sarjana dan 8 Magister

“Kami akan melibatkan anak-anak SMA jika pandemi nanti telah usai. Kami telah bekerjasama dengan Kantor Cabang Dinas (KCD) Provinsi dan kalau anak-anak sekolah itu libur maka bisa datang ke sini dan diperkenalkan kelas bahasa,” ujarnya, Minggu (3/1/2021).

Ramdan juga mengatakan pihaknya bakal mendapatkan hibah buku dan digital buku, serta akan adanya digital arsip. Saat ini, Purwakarta baru memiliki perangkatnya sedangkan SDM masih belum ada.

Baca Juga  STIE Muttaqien Purwakarta Wisuda 63 Mahasiswa

“Kami sih berharap untuk digital arsip di setiap Dinas ada depo-depo kecil yang isinya bisa SPJ. Kami menamakannya dengan sebutan Arsenal (arsip selalu dikenal). Nanti akan ada budaya sadar arsip yang intinya kami akan ada bintek ke desa-desa hingga kecamatan, ke LSM dan OPD untuk memberitahukan cara mengelola arsip yang tertib, baik dan benar,” katanya.

Baca Juga  Tiga Ruang Kelas SDN 1 Parakan Karawang Rusak

Menurutnya, program-program yang akan dilakukan di 2021 mendapatkan respon baik dari Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika sebab hal itu akan menjadi aset yang sangat berharga bagi Purwakarta.

“Kearsipan memang sangat dibutuhkan. Kami akan fokus di 2021 arsip tentang sejarah lokal, yakni Baing Yusuf dan Mama Sempur dengan anggaran Rp50 juta,” ujar Ramdan.(dik)