Handicraft Didorong Masuk Kurikulum Pendidikan
Foto : Gelaran Festival Sunda-Cirebonan yang merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Hari Jadi Purwakarta ke-185 dan Hari Jadi Kabupaten ke-48 Sabtu (30/7/2016).(Redaksi)
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Gelaran Festival Sunda-Cirebonan yang merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Hari Jadi Purwakarta ke-185 dan Hari Jadi Kabupaten ke-48 Sabtu (30/7/2016) dibuka dengan tarian teaterikal yang menggunakan properti yang berasal dari bahan baku berupa bambu.
Filosopi yang terkandung dalam tarian pembuka tersebut pun menceritakan tentang kehidupan orang Sunda yang tidak bisa dilepaskan dari bambu sehingga dapat dikatakan bahwa Sunda adalah negeri tirai bambunya Nusantara.
Festival yang digelar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman (Pasar Jumaah) hingga Jalan KK Singawinata ini dibuka secara langsung oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dalam sambutannya, Bupati yang akrab disapa Kang Dedi ini mengatakan Pemerintah Kabupaten Purwakarta pro aktif mendorong pengetahuan tentang Handicraft atau kerajinan tangan yang berbahan baku bambu agar masuk kurikulum pendidikan. Dia mencontohkan Saung Angklung ‘Mang Udjo’ yang sudah berhasil ‘go international’ sebagai prototype produk kebudayaan bambu.
“Mang Udjo bisa mengekspansi Amerika dengan Angklungnya. Kita ketahui Angklung itu terbuat dari bambu. Saya tegaskan kebudayaan bambu harus diperkenalkan sejak usia sekolah, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta akan mendorong para perajin kerajinan tangan dari bambu agar melakukan transformasi pengetahuan yang mereka miliki di setiap sekolah,” jelas Dedi.
Lebih lanjut menurut Dedi, orang Purwakarta memiliki keterikatan yang kuat dengan bambu karena wilayah Kecamatan Sukasari Purwakarta merupakan sentra penghasil bambu yang memiliki kualitas diatas rata-rata. Menurut dia, kualitas ini harus disyukuri dengan cara meningkatkan nilai tambah dari bambu itu sendiri, bambu sukasari tidak boleh lagi dijual sebagai bahan baku tetapi harus dijual dalam bentuk barang jadi.
“Kita punya Sukasari sebagai laboratorium bambu untuk pelajar, bambu disana dijual murah saat menjadi bahan baku. Tetapi saat sudah berupa produk barang jadi, harganya bisa beratus kali lipat, dari sini kita akan mampu melahirkan korelasi antara penguatan sektor pendidikan dan penguatan sektor ekonomi kreatif,” kata bupati yang selalu mengenakan pakaian khas Sunda tersebut.
Menurut Dedi, ide ini akan selaras dengan spirit ‘Go Green’ yang selama ini ramai dibicarakan di media sehingga memiliki implikasi yang positif juga terhadap lingkungan karena akan jauh mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
“Orang Sunda pakai boboko (bakul nasi dari bambu) itulah ‘Go Green’. Orang Sunda pakai Hihid (kipas dari bambu) itulah ‘Go Green’, Orang Sunda memakai Cetok (caping dari bambu) itulah ‘Go Green’. Ternyata selama ini kita keliru karena belajar konsep ‘Go Green’ dari media, bukan belajar pada orang desa,” pungkas Dedi.
Setelah menyampaikan sambutan, Bupati Purwakarta langsung berjalan kaki menuju panggung kesenian bersama jajaran Muspida yang lain sambil menikmati hiburan yang disajikan oleh masing-masing kelompok seniman.(*)
Editor : Dicky Zulkifly