Dua Minggu Sekali, ⁠⁠⁠Pelajar Purwakarta Wajib Dampingi Orang Tua Bekerja

Foto : Salah seorang pelajar SD di Purwakarta menekuni pekerjaan orang tuanya yang rutin sebagai perajin keramik.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Seluruh pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, diharuskan menggeluti pekerjaan orang tua mereka. Aktivitas pelajar seperti ini, dilakukan sekali dalam dua minggu.

Program informal education day ini mulai dilasanakan setiap Selasa dan Rabu, efektif pemberlakuannya hari ini. Total 110 ribu pelajar SD dan 35 ribu pelajar SLTP serempak melaksanakan program tersebut.

Foto : Salah seorang pelajar SD di Purwakarta tengah menekuni cara membuat keramik sebagaimana menjadi pekerjaan rutin orang tuanya.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, hari ini pelajar tidak memiliki relasi dengan pekerjaan orang tuanya sehingga mereka cenderung bersikap egois.

Waktu luang yang mereka miliki pun tidak digunakan untuk peningkatan kemampuan akademik maupun aplikatif, melainkan digunakan untuk bermain dengan menggunakan kendaraan bermotor, bermain gadget, hingga nongkrong di tempat umum. 

Baca Juga  SDN 3 Cipaisan Purwakarta Mengeluh Bangunan Tak Layak Pakai

“Kalau mereka bekerja bareng orang tuanya, mereka akan merasakan dan menghayati kesulitan yang dialami orang tua saat menjalani pekerjaannya,” jelas Bupati Dedi, dalam kunjungannya di Kampung Cimanglid Desa Sukatani Purwakarta, Selasa (29/7/2016).

Foto : Seorang pelajar SD di Purwakarta membantu pekerjaan orang tuanya yang rutin sebagai pekerja kebersihan kantor.

Sebagaimana rilis Humas Pemkab Purwakarta, gebrakan ini dalam rangka penguatan program tujuh hari pendidikan istimewa, yang merupakan bagian dari pelaksanaan Perbup No69 tentang Pendidikan Berkarakter.

Sebagai inisiator, Kang Dedi, begitu dia disapa menyebut, langkah yang ia ambil untuk diterapkan di seluruh Purwakarta ini merupakan bagian dari pendidikan berbasis profesi keluarga. 

Foto : Tiga anak sekolah dasar di Purwakarta ini membantu ibunya yang rutin bekerja sebagai petani padi di desa.

Program ini dilatarbelakangi oleh maksud pemerintah daerah agar pelajar setempat untuk menumbuhkembangkan sikap empati di kalangan pelajar. Ke depan, diharapkan pelajar mampu merasakan kesulitan yang dialami oleh orang tua dalam melakoni pekerjaannya sehari-hari. 

Baca Juga  Danramil 07 Isi Kegiatan MPLS Dengan Wawasan Kebangsaan

Selain itu, transformasi pengetahuan dari orang tua kepada anak tentang deskripsi pekerjaan pun diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan pelajar itu sendiri. 

Foto : Pelajar SMP menggeluti pekerjaan orang tuanya sebagai penjual mainan anak-anak.

“Kalau orang tuanya tukang bangunan, siapa tahu kelak sang anak memiliki kemampuan lebih baik dalam membangun, bahkan Anggota DPRD pun saya minta untuk membawa anaknya, Kalau ada orang tuanya yang bekerja di luar kota, bisa ikut saudaranya, ada transfer ilmu yang akan tercipta melalui program ini,” denikian kata Kang Dedi.

Foto : Pelajar SMP di Purwakarta membantu pekerjaan orang tuanya sebagai sopir angkutan umum.

Salah satu orang tua siswa, Cece (33) warga Kampung Cimanglid Desa Sukatani menyambut baik program baru yang dikeluarkan oleh Bupati Purwakarta ini. Pria yang berprofesi sebagai perajin tape singkong ini mengaku mendapatkan kesempatan untuk mentransformasikan ilmu pembuatan tape kepada anaknya. 

Baca Juga  Gelar Halal Bihalal, Rektor UBP Karawang Ajak Civitas Akademika Teguhkan Semangat Kebersamaan

“Ini kesempatan saya mewariskan ilmu pembuatan tape kepada anak saya. Nanti kan dia berpikir kalau minta ini itu, dia akan ingat kesulitan saya mencari uang, minimal keinginannya itu tidak akan terlalu menggebu,” ujar Cece. 

Foto : Pelajar ini membantu pekerjaan orang tua sebagai pembuat colenak.

Arif (11) anak dari Cece perajin tape singkong pun menuturkan baru kali ini dia merasakan kesulitan yang dialami oleh ayahnya. Sambil menyeka keringat, pelajar kelas 6 di SDN Sukatani ini bertekad untuk terus membantu ayahnya melakukan pekerjaan sehari-hari usai pulang sekolah. 

“Cape juga Pak, angkat singkong  untuk direbus ternyata luar biasa berat,” singkat Arif. 

Foto : Pelajar ini membantu pekerjaan orang tua sebagai pembuat colenak.

Berdasarkan pantauan di beberapa desa, terlihat para pelajar hari ini tidak masuk sekolah untuk membantu kegiatan yang dijalani oleh orang tuanya sehari-hari mulai dari berjualan bubur, membuat keramik, bekerja di kebun dan sawah.

Editor : Dicky Zulkifly