Nafas Lega Ekonomi Arteri Padalarang Purwakarta

Foto : Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ikut serta bersama warga mempromosikan makanan khas Sukatani, Peuyeum Bendul kepada sopir dan penumpang bus.

Pada tahun 2002, atau tepat waktu pembangunan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) dimulai, saya masih duduk di bangku kelas II sekolah dasar.

Belum tahu menahu soal bagaimana konsepan strategi pembangunan nasional, atau solusi pembangunan nasional bagi nasib usaha lokal.

Logika tetap benar. Di mana sebuah praktik investasi pembangunan bukan untuk menghambat sebuah laju perkembangan negara. Akan tetapi memang sebaliknya.

Demikian halnya berbagai strategi yang dibahas dalam tahapan musyawarah pembangunan (musrenbang) dari tataran desa, daerah, regional maupun nasional. Saya kira sudah lugas dibahas beberapa macam keunggulan dan kekurangan dari pada dampak pembangunan dimaksud.

Baca Juga  DEMOKRASI ATAU KORPORATOKRASI

Sejak direncankanan, pembangunan Tol Cipularang untuk membuka akses perekonomian nasional. Sebagaimana diketahui, kawasan Bandung merupakan jantung metropolis dimana praktik industri tak bisa lagi terhambat oleh yang namanya waktu dan akses transportasi.

Purwakarta, salah satu daerah yang memiliki kawasan industri tak kalah besarnya, kita kenal kawasan Bukit Indah City (BIC). Membentang antara kawasan utara Purwakarta dan sebagian Cikampek.

Karawang, punya Karawang International Industrial City (KIIC). Yang aktifitas industri besar nasional terpusat di sini. Tentu, akses transportasi darat tetap menjadi solusi yang tak bisa terbantahkan di wilayah hantar muat barang produksi.

Baca Juga  Pendidikan Berkarakter, Mahakarya Kang Dedi untuk Purwakarta

Sejak rampung dibangun di penghujung April 2005, perlahan tapi pasti, Cipularang memenjarakan pelaku usaha lokal. Sedikit demi sedikit, para usahawan itu gulung tikar, sepi pengunjung. Bahkan, fenomena saat ini, pusat jajanan dan oleh-oleh sebelumnya, menyulap diri jadi tempat parkir truk.

Kita mulai di wilayah gerbang tol Jatiluhur, wajah perekonomian mulai menyambut. Dari rumah makan Ciganea, sampai makanan khas Peuyeum Bendul di Sukatani. Lalu sate marangi dan keramik Plered.

Kita jumpai juga pusat wisata alam sari, dan membentang usaha kreatif di Cikalong Wetan. Belum selesai kita temui sektor kerajinan kayu di sepanjang Tagog Apu-Padalarang.

Baca Juga  Cerita Brigpol Hadi, Suka Duka Jadi Buser Pengangkat Laras Panjang

Setidaknya, selama momentum pengalihan arus dampak perbaikan Jembatan Cisomang Tol Cipularang KM 100+700, sebagai ajang keberkahan para penduduk dan usahawan arteri.

Karena bagaimanapun, Cipularang lebih mengonsentrasikan diri pada sektor industri makro. Di samping dampaknya mendegradasi usaha-usaha lokal yang ada.

Jauh sebelum Cipularang dibangun, jalur Purwakarta lama, satu-satunya akses tranfortasi via selatan Jawa Barat. Dan hal ini menstimulus para warga masyarakat sekitar untuk memanfaatkan potensi ekonomi dari mobilitas tersebut.

Dicky Zulkifly