Bupati Dedi Hindari ‘Comot’ Atlit
Foto : Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di kompleks Wahana Olahraga jaya Perkasa, Kelurahan Sindang Kasih Purwakarta.
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Pembangunan berbagai fasilitas olahraga di Kabupaten Purwakarta tidak hanya dimaksudkan untuk penciptaan ruang publik bagi masyarakat setempat. Namun lebih dari itu, tujuan jangka panjang telah ditetapkan yakni pembinaan atlit secara berkesinambungan.
Hal itu diungkapkan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di sela kegiatan olahraga rutinnya pagi tadi Selasa (17/1/2017) di kompleks Wahana Olahraga jaya Perkasa, Kelurahan Sindang Kasih Purwakarta.
Pria yang kerap disapa Kang Dedi itu mengatakan program yang dilaksanakan sejak pertengahan Tahun 2015 itu sengaja ia implementasikan tidak berdekatan dengan momen kompetisi olahraga dengan tujuan pembinaan atlit Purwakarta secara jangka panjang.
“Ya selain menciptakan fasilitas untuk masyarakat, pembinaan atlit juga target jangka panjang kita,” kata Dedi.
Pembinaan atlit di daerah yang ia pimpin di masa jabatannya yang kedua ini untuk menghindari ‘comot’ atlit dari daerah lain. Ia menilai kebiasaan tidak etis tersebut sudah menjadi rahasia umum dan harus segera dihilangkan melalui maksimalisasi potensi atlit daerah.
“Kalau momen PON dan PORDA itu kebanyakan bukan atlit daerah setempat yang bertanding, saya kira ini tidak etis ya. Ini butuh political will dari pemimpin daerah mulai dari penataan fasilitas dan pembinaan atlit itu sendiri,” katanya menambahkan.
Pria yang tidak pernah lepas dari iket khas Sunda itu pun mencontohkan keberhasilan Purwakarta membina atlit sepakbola yang berasal dari desa-desa di Purwakarta. Tim sepakbola yang namanya dijadikan nama baru bagi GOR Purnawarman ini sudah mampu berbicara bukan saja di tingkat nasional melainkan internasional.
“Kita bisa lihat tim sepakbola ASAD 313 Jaya Perkasa, bibitnya dari desa tapi mampu berbicara banyak di semua kompetisi yang mereka ikuti. Timnas Pelajar saja pernah kerepotan menghadapi mereka,” jelasnya.
Melalui pembinaan jangka panjang, Dedi berharap dunia sepakbola Purwakarta dapat lepas dari stigma ‘mati suri. Menurutnya, sumber daya atlit sepakbola jauh memiliki nilai penting dibanding dengan menggelontorkan dana untuk membiayai klub profesional.
“Kita bangun pondasinya saja dulu, melalui sekolah sepakbola lahir talenta berkualitas, kalau mengelola klub kan butuh dana besar, apalagi kompetisinya berjenjang,” pungkasnya.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY