Tujuh Kepala Daerah Bicara Ide Kebudayaan untuk Kesejahteraan

Foto : Diskusi yang bertajuk “Bupati/Walikota Sebagai Ujung Tombak Kebudayaan Nasional” ini menghadirkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Bupati Wakatobi Hugua, Walikota Sawah Lunto Ali Yusuf, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Bupati Belu Wilhelmus Foni, Bupati Tegal Enthus Susmono, dan Walikota Tomohon Jimmy F Eman.

LOMBOKheadlinejabar.com

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia menghelat Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional 2016 hari ini Minggu (7/2) bertempat di Hotel Lombok Raya, Nusa Tenggara Barat. Diskusi yang bertajuk “Bupati/Walikota Sebagai Ujung Tombak Kebudayaan Nasional” ini menghadirkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Bupati Wakatobi Hugua, Walikota Sawah Lunto Ali Yusuf, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Bupati Belu Wilhelmus Foni, Bupati Tegal Enthus Susmono, dan Walikota Tomohon Jimmy F Eman.

Baca Juga  Terduga Teroris Purwakarta Berencana Serang Pospol Bunder

Para kepala daerah yang dinilai dapat melakukan maksimalisasi nilai-nilai kebudayaan dalam pembangunan ini saling bertukar ide dan pemikiran tentang potensi daerah dalam kerangka membangun kesejahteraan masyarakat melalui Instrumen Kebudayaan 

Dalam paparannya, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan bahwa kebudayaan nasional mengharuskan terpenuhinya pra syarat yakni pembangunan kebudayaan daerah yang terdiri dari kabupaten dan kota. Kesuksesan pembangunan kebudayaan daerah tidak semudah membalikan telapak tangan melainkan selalu ada resistensi berupa hadangan kebudayaan asing yang setiap saat menginvasi dan mendominasi kebudayaan daerah. “kebudayaan barat dan timur tengah hari ini menjadi resistensi utama”. Kata Dedi menjelaskan.

Dedi menggambarkan fenomena yang terjadi hari ini ketika masyarakat sudah mulai meninggalkan kultur daerahnya. “lihat saja hari ini anak-anak kita sudah tidak tertarik lagi pada pertanian, padahal negeri ini memiliki lahan pertanian yang luas”. Tutur Dedi.

Baca Juga  Polresta Sukabumi Amankan Uang Palsu Senilai Rp55,8 Juta

Selain berbicara tentang sistem mata pencaharian utama yang menyokong sistem kebudayaan secara utuh, Bupati yang tampil nyentrik dengan pakaian khas sunda ini juga menyoroti perlunya keutuhan sistem sosial secara organik. Ia menyebut program Gerakan “Beas Perelek” merupakan solusi cerdas atas persoalan kesenjangan sistem sosial karena kalangan masyarakat yang sudah mampu dapat berbagi pada segmen masyarakat kurang mampu. “laku sosial dalam kesundaan itu kan sudah jelas, Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh, beras perelek ini refresentasi dari nilai-nilai itu semua”. Kata Dedi

Sementara itu di tempat yang sama, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan konsep pembangunan budaya lokal adalah akar budaya nasional sehingga harus mampu mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat. “jika tidak mencapai kesejahteraan, maka budaya akan ditinggalkan disinilah posisi penting kepala daerah sebagai ujung tombak kebudayaan”. Kata Abdullah

Baca Juga  Jokowi dan Gerilya Pengampunan Pajak

Abdullah pun menuturkan bahwa kebudayaan lokal harus dapat menumbuhkan rasa bangga dari warganya sendiri. “Kami modifikasi itu kesenian Banyuwangi agar diakui oleh dunia maka output-nya warga kami menjadi bangga pada budaya lokalnya.” Tutur Abdullah.

Sedangkan Bupati Wakatobi Hugua mengaku pengembangan budaya maritim merupakan fokus utama untuk membangun kesejahteraan rakyat. Wakatobi yang memiliki gugusan pulai indah itu memiliki prioritas pengembangan kekayaan laut baik untuk pariwisata maupun mata pencaharian nelayan. “Kami prioritaskan pengembangan kelautan karena itu potensi kami jadi kami olah sedemikian rupa”. Aku Hugua singkat. (red)