Mengakhiri rangkaian agenda hari ini pada kunjungannya ke Korea Selatan, Presiden Joko Widodo mengunjungi Ajou University untuk menerima penghargaan dari Asia Journalist Association (AJA) di Seoul, Korea Selatan Rabu (18/5/2016).
Pada sambutannya di hadapan para mahasiswa Korea dan Indonesia yang ada di Ajou University, Presiden kembali berbagi pengalamannya ketika pertama kali memulai karirnya di bidang politik. Presiden menyampaikan bahwa beliau mengawali karir politiknya sebagai Wali Kota Solo sebelas tahun yang lalu.
Presiden menekankan bahwa turun langsung ke sumber permasalahan dan berbicara langsung dengan rakyatnya ialah kunci untuk menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.
“Setiap orang, di kantor Wali Kota Solo saat itu, memberikan jawaban yang berbeda-beda. Banyak pula yang menyampaikan hal-hal yang tidak masuk akal. Akhirnya saya katakan kenapa kita tidak bertanya langsung?,” kata Presiden menceritakan awal mula ide blusukan yang dijalankan oleh beliau.
Dalam sambutannya tersebut, Presiden Joko Widodo juga menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia memandang ekstremisme dan radikalisme dengan sangat serius. Presiden kemudian menjelaskan dengan memberikan contoh kejadian serangan bom yang dilakukan di kawasan sekitar Sarinah beberapa waktu yang lalu. Namun, Presiden mengutarakan bahwa dirinya merasa bangga terhadap rakyatnya yang tidak mudah terintimidasi oleh peristiwa semacam itu.
“Mereka menolak untuk diintimidasi. Hanya dalam beberapa jam setelah serangan, trending topic di Twitter Indonesia mengatakan #KamiTidakTakut,” ujar Presiden disambut tepuk tangan.
Acara tersebut diakhiri dengan tanya jawab oleh para audiens dan foto bersama Presiden Ajou University, Presiden AJA, serta mahasiswa Indonesia yang hadir dalam acara tersebut.(*)