Dedi Mulyadi Bicara Sarungan di Hadapan Ulama NU

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi didaulat menjadi salah satu pembicara dalam forum Seminar Nasional Sarung Nusantara yang diselenggarakan oleh Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (6/4/2017) kemarin.

Pria yang sudah menerapkan kebijakan untuk memakai kain sarung bagi para pejabat dan pelajar pada setiap hari Jumat ini pun tampak hadir mengenakan kain sarung kotak-kotak bernuansa hijau hitam dan kemeja batik khas pengurus Nahdhatul Ulama , lengkap dengan peci hitam.

Sebagaimana diketahui, Dedi Mulyadi merupakan salah satu pengurus di lingkungan PCNU Purwakarta. Saat ini, dirinya menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi dalam organisasi yang banyak dihuni oleh para kiai pesantren tersebut.

Baca Juga  PRESIDEN : Perekonomian Indonesia Triwulan III 2018 Tumbuh 5,17%

Bersama dengan dua pembicara lain yakni Kiai Agus Sunyoto dan Prof Imam Suprayogo, Dedi merasa bangga menjadi bagian dari warga Nahdhiyyin. Menurutnya, hanya organsasi NU lah yang memberinya kesempatan untuk mempelajari Islam secara keseluruhan tanpa harus kehilangan identitas dirinya sebagai orang Sunda.

“Enaknya di NU itu, saya bisa belajar Islam secara menyeluruh tanpa harus meninggalkan identitas saya sebagai orang Sunda. Jadi, saya memilih surganya NU, ringan, tidak berat,” ungkapnya.

Terkait sarung, Dedi memilih untuk menghubungkannya dengan kosmologi kesundaan yang bercerita tentang kisah “Lutung Kasarung”. Berdasarkan kisah tersebut menurutnya, Lutung Kasarung merupakan pewaris tahta kerajaan yang mengalami cobaan berupa pengasingan di hutan belantara, sebelum akhirnya diangkat menjadi pemimpin.

Baca Juga  Dedi Mulyadi Tegaskan Fasilitas Negara Harus Maksimal untuk Penanggulangan Bencana

Dalam konteks ini, pria yang juga dikenal sebagai Budayawan Sunda tersebut mengatakan, sarung berfungsi sebagai media kaderisasi kepemimpinan. Sebab saat seseorang memakainya, ada banyak peraturan yang tidak boleh ia langgar akibat penggunaan sarung tersebut.

“Kemudian dari sini lahirlah akhlak, sebagaimana tadi Pak Kiai menyampaikan, tercipta karakter yang kuat,” katanya menambahkan.

Dedi pun sempat membagi “sarung” menjadi dua suku kata. Menurut dia, “sa” merupakan lambang keinginan manusia dengan segala unsur penciptaannya yang terdiri dari tanah, air, udara dan matahari. 

Baca Juga  Dana Pengampunan Pajak untuk Investasi Jangka Menengah Panjang

Unsur material inilah yang menurut dia harus dikurung. Hal ini tercermin dari suku kata yang kedua yakni “rung”. Jika seluruh unsur material ini mampu dikurung, maka unsur hakikat kemanusiaan  dalam diri manusia yakni ruh akan semakin menguat.

“Segala ketamakan manusia yang tercermin dari keempat unsur tersebut harus dikurung,” pungkasnya menutup.

Usai menyampaikan paparan terkait filosopi sarung, Kiai Abdul Manan selaku perwakilan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama terlihat menyematkan kain sarung berwarna hijau di leher Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai simbol perintah untuk menjaga nilai-nilai ke-NU-an di Jawa Barat.(rls)

EDITOR : DICKY ZULKIFLY