Sepanjang tahun 2015, sedikitnya terjadi 26 kasus ibu meninggal saat melahirkan di Kota Bandung, Jawa Barat. Terkait persoalan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengambil langkah strategis. Salah satunya melalui kesepahaman bersama antara Dinas Kesehatan (Dinkes), Unit Transfusi Darah PMI beserta seluruh seluruh rumah sakit yang ada di Kota Bandung.
Kadinkes Kota Bandung Ahyani Raksanagara menuturkan, Pemkot saat ini tengah melaksanakan program quick win. Yakni program pelayanan darah untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
“Di Kota Bandung dilaporkan bahwa masalahnya bukan hanya di angka 26 kasus saja. Tetapi mengapa seorang ibu yang tengah melaksanakan proses reproduksi (melahirkan, red) harus berakhir dengan kematian,” ungkap Ahyani di sela penandatanganan nota kesepahaman di Ruang Tengah Balai Kota, Rabu (18/5/2016).
Kegiatan ini turut dihadiri oleh pihak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Untuk melayani masyarakat, Dinkes Kota Bandung juga melaksanakan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.
“Kami bekerja sama dengan Telkom menggunakan 022119 sebagai pusat informasi dan pusat penanggulangan gawat darurat secara terpadu sehingga mereka dapat berkomunikasi. Masyarakat dapat bertanya untuk berbagai informasi, sehingga dapat menanggulangi berbagai hal dalam kondisi berbeda-beda,” terang Ahyani.
Dinkes Kota Bandung telah menempatkan pusat-pusat informasi di 37 titik, yang terdiri dari 6 titik di Puskesmas 24 jam dan sisanya tersebar di berbagai rumah sakit. Dengan sistem ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi secara langsung dan tersedia selama 24 jam.
Upaya sosialisasi kesehatan ibu dan bayi juga dilakukan di tingkat hulu. Ahyani mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan aparatur kewilayahan untuk bersama-sama bersiaga melalui penguatan di keluarga (rumah tangga, red) dan program RW siaga.
“Semua ibu hamil harus terdata di tingkat RW, kemudian dipilah oleh tenaga kesehatan kebutuhannya apa, kemudian persalinanannya direncanakan, kalau butuh dana sudah direncanakan,” ujar Ahyani.
Walikota Bandung Ridwan Kamil menyebutkan, sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung tidak hanya menerima pasien dari dalam kota saja. Tetapi juga dari seluruh wilayah Jawa Barat. Maka dari itu, ia mendorong berbagai pihak untuk mengoptimalkan fasilitas kesehatan di Kota Bandung.
“Mari para direktur rumah sakit, kita sama-sama berinovasi. Di mana ada problem kita cari solusinya yang kreatif,” ajak Ridwan Kamil.
Salah satu upaya peningkatan kesehatan yang dilakukan, Kota Bandung terpilih menjadi salah satu dari lima kota di dunia sebagai tempat pendirian pusat penelitian kanker.
“Jadi nanti akan ada rumah sakit kanker di Bandung. Bagian dari jaringan dunia,” ungkap walokota yang sering disapa Kang Emil ini.
Terkait dengan kesehatan anak, Pemkot Bandung memiliki program OMABA, yakni Ojek Makanan Bayi yang mendapatkan penghargaan di tingkat nasional.
“Orang-orang miskin yang pengetahuan gizinya lemah, asal ngasih makan ke anak-anak yang sedang usia tumbuh kita ambil alih. Kita masak makanan bergizi dan kita kirim ke rumah,” jelas Ridwan.(*)