Mustika di Kampung Wisata

Launching Pustu Prima Pasanggrahan pada Jumat 15 September 2023.

HIPERTENSI dan diabetes melitus menjadi momok menakutkan bagi mayoritas masyarakat di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Mayoritas masyarakat di desa ini, hampir dan sudah pasti terancam memiliki dua macam penyakit tersebut saat mereka memasuki usia lanjut.

Penyebabnya ternyata sepele. Mereka lebih gemar memakan ikan asin dan asupan karbohidrat. Bahkan jumlahnya melebihi yang disarankan menurut aturan kesehatan.

Belum ada survei yang benar-benar melegitimasi angka pengidap hipertensi dan diabetes melitus di desa tersebut.

Hanya saja pada tanggal 4 Januari 2016 silam, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat itu sempat mengunjungi Kampung Tajur sebagai kampung wisata ikonik di Desa Pasanggrahan.

Dedi merasa aneh. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Purwakarta, angka pengidap hipertensi dan diabetes melitus di Desa Pasanggrahan cukup tinggi.

Usut punya usut, kebiasaan memakan ikan asin dan karbohidrat yang begitu lumayan dominan, menyeret mayoritas warga Pasanggrahan bertaraf hidup kurang baik di usia lanjut.

Asam di Gunung, Garam di Laut

Secara geografis, masyarakat Pasanggrahan tinggal di kaki Gunung Burangrang. Mereka bermukim di ketinggian 800 meter dari permukaan laut. 2.364 penduduk Pasanggrahan tersebar di 3 dusun, lima RW dan 12 RT.

Suhu udara Pasanggrahan di siang hari rata-rata 24 derajat celcius, lalu turun di kisaran 16 sampai 14 derajat celcius saat malam hari. Suhu yang lumayan dingin.

Sebab dari konsekuensi geografis ini, berakibat pada karakter biologis dan beberapa kebiasaan praktis di masyarakat yang mengancam kesehatan mereka.

Sampelnya, masyarakat Pasanggrahan cukup jarang mengeluarkan keringat. Sekalipun mereka beraktivitas di dalam dan luar ruangan.

Sangat logis, lantaran secara biologis tubuh manusia akan mengeluarkan keringat manakala lingkungan sekitar memungkinkan akan hal itu.

Istilah biologi menyebutnya sebagai homeostasis. Yakni upaya tubuh manusia yang secara otomatis akan mempertahankan kestabilan diri saat lingkungan di sekelilingnya mengalami perubahan, utamanya berkenaan dengan suhu udara.

Berkeringat merupakan bagian dari proses homeostasis dalam tubuh. Yang jarang disadari, proses ini cukup lumayan penting bagi kesehatan.

Sementara bagi mayoritas masyarakat Pasanggrahan, lingkungan mereka tidak cukup mendukung untuk sekedar berkeringat.

Baca Juga  Lonjakan Kasus COVID-19, Jabar Siapkan 2.400 Tempat Tidur

Dampak yang lain, karena suhu udara yang cenderung sejuk bahkan dingin, ketika selesai makan kebiasaan buruk masyarakat Pasanggarahan lantas beranjak tidur.

Dari sinilah dimungkinkan, munculnya cikal bakal penyakit mulai dari hipertensi dan diabetes melitus di masyarakat Pasanggrahan.

Pertama, karena kegemaran masyarakat terhadap ikan asin dengan porsi karbohidrat yang lumayan tinggi, kedua, setelah mereka selesai makan selalu diserang kantuk karena faktor suhu udara.

Seorang tokoh masyarakat setempat, Nenden Asyani membenarkan fenomena ini. Lokus ini menjadi fokus dirinya untuk benar-benar menerjunkan diri di dunia layanan kesehatan.

“Keseharian masyarakat di sini, ada yang jadi petani, ada yang kerja di swasta juga. Beragam. Tapi untuk masalah penyakit hipertensi dan diabetes melitus masih jadi hantu yang menakutkan,” kata Nenden dikonfimasi pada Selasa 19 September 2023.

Seakan sudah dalam fase zona nyaman, begitulah kondisi kebiasaan masyarakat Pasanggrahan yang lebih menggemari ikan asin ketimbang ikan mujair. Lebih suka garam ketimbang asam.

Padahal secara simbol alam, garam itu adanya di laut. Dalam artian hanya masyarakat yang tinggal di sekitaran laut atau pantai saja yang cocok memakan makanan berkadar garam yang tinggi.

Karena daerah pesisir pantai biasanya memiliki udara panas, sehingga bagi mereka yang tinggal di sana lebih mudah mengeluarkan keringat.

Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di sekitaran gunung, semestinya memakan makanan dengan kadar garam dan gula yang lebih sedikit.

“Kalau di kampung itu, sehari gak makan ikan asin rasanya gak enak. Hampir semua warga yang kami tanyai, jawabannya begitu,” ucap Nenden.

Nenden mengaku kesulitan mendeteksi penyakit diabetes melitus di Pasanggrahan. Sebabnya, ia selalu aktif meminta masyarakat untuk gemar memeriksakan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) Prima Pasanggrahan.

“Memang sulit mendeteksinya, tiba-tiba sudah terjangkit saja. Diketahui setelah warga melakukan pemeriksaan di pustu maupun di posbindu lansia, baru terdeteksi untuk hipertensi, gula, lambung, dan rematik yang memang sekarang lagi banyak diderita oleh masyarakat di sini,” ujar Nenden.

Baca Juga  Mengenal Lebih Dekat Pustu KBA Pasanggrahan

Jasa Astra di Utara Kaki Gunung Burangrang

Nenden yang merupakan Ketua (Local Champion) Kampung Berseri Astra (KBA) Pasanggrahan, konsisten mengabdikan dirinya untuk kesehatan masyarakat sejak dua tahun yang lalu tepatnya medio 2021.

“Kami ikut program KBA di bulan Juli dan Agustus tahun 2021 dalam rangkaian kegiatan seleksi. Dan KBA Pasanggrahan dikukuhkan pada awal 2022,” ucap Nenden.

KBA merupakan program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang mengintegrasikan inisiatif empat pilar program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan, dalam satu komunitas kampung.

Nenden bersama tujuh kawan seperjuangan yang lain, berhasil memboyong program ini sampai di utara kaki Gunung Burangrang.

Di sinilah Pustu Pasanggrahan ada sejak 1984. Pustu ini yang sekarang menjadi Pustu Prima Pasanggrahan garapan KBA yang dikomandoi oleh Nenden.

Pustu Prima Pasanggrahan menjadi senjata perempuan berusia 47 tahun untuk memberantas segala macam penyakit tidak menular di tengah masyarakat.

“Pasanggrahan sudah memiliki pustu sejak lama. Kami baru menginisiasi dan merintis Pustu Prima Pasanggrahan sejak Maret 2023 atau baru sekitar enam bulanan. Dan alhamdulillah pustu prima ini sudah dilaunching pada Jumat 15 September 2023 kemarin,” kata Nenden.

Mantan Kepala Desa Pasanggrahan periode 2007-2013 ini, menyebut jika pada awalnya Pustu Prima Pasanggrahan bakal dilaunching pada Juli 2023.

Akan tetapi, karena beberapa hal utamanya menyangkut perubahan nomenklatur Kemenkes dari Posyandu Prima Astra menjadi Pustu Prima Pasanggrahan (program peningkatan integrasi layanan prima Pustu Pasanggarahan), pustu ini baru dilauncing pekan kemarin.

“Program peningkatan integrasi layanan prima Pustu Pasanggarahan, merupakan kerja sama apik antara Astra, Kemenkes, pemda, dan kami di KBA,” kata Nenden.

Memupuk Kesadaran Kolektif

Pola hidup sehat, semestinya tak ditawar-tawar lagi. Diperlukan kesadaran kolektif yang terbangun kokoh di tengah masyarakat.

Upaya pencegahan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes melitus terus dilakukan oleh KBA Pasanggrahan melalui pustu prima setempat.

“Kami selalu menyampaikan dan menyosialisasikan kepada masyarakat setiap jadwal pelayanan Pustu Prima Pasanggrahan (Selasa dan Rabu) untuk mengurangi resiko hipertensi dan diabetes melitus yang diakibatkan dari makanan kesukaan,” ucap Nenden.

Baca Juga  Korban Terpapar Covid-19 di Purwakarta Terus Bertambah

Ia bahkan sering berkeliling kampung menyosialisasikan pencegahan penykit tidak menular ini, dari majelis taklim ke majelis taklim, sampai rumah ke rumah.

“Door to door ke warga sosialisasi menganai hal ini. Karena ini penting, ini serius, semata-mata untuk kesehatan masyarakat,” ucap dia.

Pada Rabu 20 September 2023, Pustu Prima Pasanggrahan membuka Posyandu Lansia usia 45 tahun ke atas. Mereka mendapat pemeriksaan kesehatan mulai dari tensi darah dan gula darah sebagai sikap memerangi dua penyakit langganan di desa wisata tersebut.

“Setelah dilaunching, keberadaan layanan Pustu Prima Pasanggrahan lebih lengkap. Ada layanan pemeriksaan klaster remaja, lansia, ibu hamil, balita, dan anak. Sementara di pustu sebelumnya hanya melayani pemeriksaan kesehatan dasar, KB, dan anak,” kata Nenden.

Sayangnya, kesadaran anak-anak muda di Pasanggrahan untuk aktif memeriksakan kesehatan mereka ke pustu prima masih cenderung minim.

“Ini menjadi PR kita bersama ke depan, karena keberadaan anak-anak muda sebagai generasi penerus sangat penting kesehatannya kita jaga dan kontrol,” ucap dia.

Para tokoh penggerak KBA Pasanggrahan seperti halnya mustika. Mereka sakti secara naluri dan pengabdian di tengah potensi Pasanggrahan selaku desa wisata yang diproyeksikan sebagai destinasi nasional.

“Perlu kami menginformasikan bahwa angka kelahiran bayi di sini cukup stabil, bukti program dan keikutsertaan KB berhasil,” katanya.

Pustu Prima Pasanggrahan terletak strategis. Tepat bersebelahan dengan kantor Desa Pasanggrahan, lebih tepatnya di Kampung Pasanggrahan RT 03 RW 02.

“Dekat sekali, semua masyarakat mudah menjangkau Pustu Prima Pasanggrahan. Dan keberadaan Pustu ini banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di sini,” ujar Nenden.

Sementara, Kepala Desa Pasanggrahan Adam Febriansyah menyampaikan terima kasih kepada Astra yang sudah membantu penyelenggaraan Pustu Prima Pasanggrahan.

“Tentunya sangat bermanfaat untuk warga kami dengan adanya puskesmas pembantu KBA ini. Saya sangat berterima kasih kepada pihak Astra yang sudah sangat membantu untuk diselenggarakannya pustu ini,” kata Adam.(dik)