Dua Jam Lebih Gunakan Gadget, ini Dampak Buruk yang Anda Terima
Foto : Balita tengah asyik bermain gadget. Kegiatan ini bahaya, saat gadget berada di hadapan mata anak-anak maupun orang dewasa. Sumber, istimewa
TAK peduli siang maupun malam, banyak orang yang menghabiskan waktunya di depan layar komputer, tablet, atau ponsel pintar mereka. Akibatnya, risiko berbagai penyakit kronis seperti obesitas dan diabetes pun dengan mudah menghampiri.
Tetapi sebenarnya dampak-dampak tersebut bersifat jangka panjang. Sedangkan dampak di depan mata justru lebih sering terabaikan. Dampak yang dimaksud adalah gangguan penglihatan akibat gadget, yang kemudian lebih dikenal dengan ‘digital eye strain’.
Baru-baru ini sebuah lembaga bernama The Vision Council mengungkapkan 65 persen warga Amerika dewasa ini mengalami ‘digital eye strain’. Hal ini terungkap setelah mereka menggelar survei terhadap lebih dari 10.000 orang dewasa di sana.
Kondisi ini ditandai dengan gejala seperti mata kering, iritasi, penglihatan kabur, mata lelah, sakit kepala, dan nyeri, terutama di leher dan punggung. ‘Digital eye strain’ sendiri biasanya baru bisa muncul setelah yang bersangkutan menatap layar selama dua jam atau lebih.
Kebetulan 8 dari 10 orang yang diduga mengalami ‘digital eye strain’ mengaku menggunakan dua gadget atau lebih dan secara bersamaan. 96 Persen di antaranya juga menghabiskan waktu di depan layar sedikitnya selama dua jam dalam sehari.
Menurut pengamat, ada beberapa faktor yang mengambil peran dalam memicu ‘digital eye strain’, semisal durasi dan frekuensi penggunaan gadget, kedekatan letak gadget dengan mata, dan paparan cahaya biru atau sumber cahaya dari layar dengan resolusi tinggi.
Ironisnya, ketika memeriksakan diri, 90 persen pasien penyakit digital ini tidak mengaku jika mereka kerap berlama-lama di depan gadget.
“Saat memanfaatkan teknologi, kondisi semacam ‘digital eye strain’ seperti sulit untuk dihindari, tetapi bukan berarti tak bisa dicegah,” kata Mike Daley, CEO dari The Vision Council, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (18/1/2016).
Mereka berharap para dokter aktif untuk memberikan edukasi kepada pasien-pasiennya tentang penggunaan gadget atau media elektronik secara bijak, setidaknya untuk mengurangi gejala yang muncul akibat ‘digital eye strain’ yang menyiksa.(detik/red)