Tradisi Nyekar, Pedagang Bunga Raup Untung

DEPOK, headlinejabar.com

Setiap menjelang Ramadan, banyak tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Salah satunya berziarah ke makam keluarga atau nyekar. Selain mendoakan keluarga yang telah tiada, tradisi nyekar juga dimanfaatkan untuk merawat dan membersihkan makam.

Beberapa tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Depok dipenuhi warga yang melaksanakan tradisi tersebut. Peziarah beranggapan tradisi nyekar menjelang Ramadan ini rutin dilaksanakan tiap tahun.

Banyaknya warga yang datang untuk berziarah, membuat kunjungan ke tempat pemakaman umum meningkat dua kali lipat. Jika pada hari biasanya tempat pemakaman umum tampak sepi dari peziarah, kini justru padat oleh peziarah yang datang tidak hanya dari dalam kota, namun juga dari luar kota.

Baca Juga  Ribuan Petani Dukung Penertiban KJA Jatiluhur

Kondisi ini dimanfaatkan oleh warga sekitar tempat pemakaman untuk meraih keuntungan selama musim nyekar ini dengan berjualan bunga di depan gerbang tempat pemakaman. Bunga yang biasa digunakan untuk ditaburkan di atas makam tersebut dijual dengan harga bervariasi. Dari hasil berjualan bunga tabur musiman tersebut, seorang pedagang bahkan bisa meraup keuntungan hingga ratusan ribu Rupiah perhari.

“Lumayan kalao pas musim nyekar begini modal Rp 500 ribu dapat keuntungan Rp150 sampai Rp 200 ribu,” ungkap Sunarti salah satu pedagang kembang.

Baca Juga  Walikota Sukabumi HM Muraz Ajak Warganya Lestarikan Wayang Sukuraga

Ziarah makam hanya satu dari sekian banyak tradisi masyarakat Indonesia khususnya umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Selain makam keluarga, sebagian umat muslim ada pula yang berziarah ke makam para Wali dan pemuka agama Islam lainnya.

Seperti keluarga Yanto warga Cipayung Kota Depok, melakukan ziarah ke makam orang tuanya di pemakaman umum Koblak Sukmajaya Depok. 

“Ziarah ke makam orang tua. Kalau mau menjelang bulan puasa kita kan harus ziarah. Kan banyak yang ziarah ke luar, ke mana ya, ke (makam) para wali, masak orang tua yang dekat kenapa enggak diziarahi. Yang penting nomor satukan orangtua dulu. Sudah biasa setiap tahun (ziarah) begini, nanti juga mau lebaran begini juga,” ujar Yanto saat ditanya headlinejabar.com di TPU Kobplak Sukamaju Depok, Sabtu (4/6/2016).

Baca Juga  DPRD Karawang Layangkan Surat Pembongkaran PT SAMP

Tradisi ziarah ke makam orang tua atau keluarga di wilayah Sukmajaya sudah menjadi hal yang wajar, sehingga masyarakat sekitar tidak ada yang keberatan.

“Kita dari kecil sudah belajar ngaji di ajarkan untuk menghormati yang lebih tua apa lagi keluarga kita sudah meninggal paling tidak bersih-bersih kubur mendoakan keluarga kita,” kata Yanto.(*)


 

Editor : Dicky Zulkifly