Patung tokoh pewayangan, Semar Badranaya di Parapatan Combro (Parcom) Jl Basuki Rahmat Sindangkasih, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, roboh pada Kamis (21/4/2016) siang tadi. Sebelumnya sempat dikabarkan patung ikon yang berfungsi sebagai pengurai kemacetan ini hancur karena dibakar.
Namun, hasil liputan headlinejabar.com di lapangan, Patung Semar roboh akibat dimakan usia. Tidak ada kabar yang membenaran jika patung yang terbuat dari bahan fiber ini roboh karena dibakar. Sebagaimana kasus yang menimpa tokoh pewayangan lain, Arjuna di Situ Wanayasa Purwakarta beberapa waktu lalu.
Patung Semar yang berdiri menghadap ke arah barat ini memiliki tinggi mencapai 3 meter. Sampai saat ini Semar Badranaya sudah berdiri selama lima tahun di Parcom.
Sebagaimana diceritakan dalam pewayangan, Semar Badranaya merupakan tokoh wayang yang memiliki kesaktian hampir tidak terbatas. Semar Badranaya juga dikisahkan sebagai lurah dari Desa Tumaritis yang merupakan bagian dari Kerajaan Amarta di bawah pimpinan Yudistira.
Di Purwakarta, Semar hanya terbuat dari fiber dan besi penyangga. Kakinya yang diperkuat dengan besi, berkarat karena usia. Bahkan saat hujan, kaki Semar sering tergenang air hujan.
Menurut saksi mata, Diah (27) warga Bunder Jatiluhur Purwakarta, Semar gugur menimpa mobil Toyota Yaris warna merah itu sekitar pukul 14.05 WIB.
“Mobil Yaris itu melintas tepat di bawah patung Semar arah Bandung,” terang Diah.
Kapolsek Purwakarta Kompol Agus Suryana menjelaskan robohnya Patung Semar itu karena sudah rapuh dan tak kuat menahan beban. Kompol Agus membenarkan Patung Semar roboh mengenai mobil Yaris, namun tidak ada korban jiwa.
“Mobil dan patung Semar itu sudah dievakuasi ke Mapolsek Purwakarta,” jelas Kapolsek Agus.
Tokoh agama warga Pasar Rebo, Asep Hamdani mengomentari perihal robohnya Patung Semar tersebut. Menurutnya, Patung Semar roboh karena bukti adanya ketidaklanggengan.
“Artinya dia merasa mempunyai kekuatan, suatu saat nanti orangnya yang akan jatuh. Bahwa di muka bumi ini, semuanya tidak akan ada yang kuat, terkecuali Allah Subhanahu Wa Taala,” terang dia.
Adanya pembanguan berupa Patung Semar dianggap sebagai simbol kekuatan-kekuatan yang ada di pewayangan. Asep meyakinkan, itu tidak akan langgeng. Namun, Asep menakutkan hal-hal yang akan terjadi di masyarakat pascakerobohan patung itu.
“Yang kami khawatirkan masyarakat akan menghinannya,” tutup dia.(*)