Selama 2015 Ada 39 Kasus Aliran Sesat di Jawa Barat
Foto : Musyawarah Daerah (Musda) MUI Jabar ke-IX di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dalam kesempatan ini, Kabag TU Kanwil Kemenag Jabar memaparkan terdapat 16 kasus keagamaan dan 39 aliran sempalan di Jawa Barat selama tahun 2015 lalu
SUMEDANG, headlinejabar.com
Rendahnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama berakibat pada banyaknya aliran atau pemahaman Islam yang keliru bahkan sudah terfatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Demikian disampaikan Kabag TU Kanwil Kemenag Jabar, Dr H M Athoillah di hadapan para ulama selaku peserta Musyawarah Daerah (Musda) MUI Jabar ke-IX di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Kabupaten Sumedang, Selasa (26/01/2016).
“Setidaknya hingga 2015 lalu dari data yang kami terima ada 16 kasus keagamaan dan 39 aliran sempalan di Jawa Barat. Ini tentu bukan kabar gembira melainkan menjadi keprihatinan bersama,”tutur Athoillah.
Ia sendiri tidak menjelaskan apa motif orang atau pengikut aliran sempalan tersebut hingga dapat terperangkap dalam ajaran yang menyimpang dari Islam tersebut. Namun pihaknya meyakini bahwa inti dari kasus-kasus tersebut karena minim atau dangkalnya pemahaman mereka terhadap ajaran Islam yang sesungguhnya. Sementara data penyuluh agama yang ada dipihaknya hingga saat ini tercatat 703 orang dari berbagai latar belakang pendidikan.
“Ini tentu masih jauh dari ideal jika dibandingkan dengan penduduk Jawa Barat yang lebih dari 40 juta jiwa dimana mayoritasnya muslim tentu tidak seimbang,” ujarnya.
Untuk itu pihaknya berharap peran ulama khususnya yang terhimpun dalam wadah MUI maupun para dai lapangan dapat mengatasi sekaligus menjawab permasalahan tersebut. Pihaknya juga menekankan perlunya kerja sama dan saling sinergi antar ormas Islam dan lembaga dakwah yang ada sehingga aktivitas dakwah dalam rangka mencerdaskan ummat ini tidak dipikul atau dibebankan kepada salah satu lembaga saja.
“Data yang ada pada kami setidaknya di Jawa Barat ini tercatat ada 680 ormas Islam dan 780 lembaga dakwah. Jika semua bisa saling bersinergi,tentu ini juga salah satu potensi untuk meningkatkan kualitas keagamaan di Jawa Barat,”pungkasnya.
Athoillah menyebutkan, ada tujuh potensi permasalahan keagamaan yang ada di wilayah Jawa Barat. Permasalahan itu antara lain: pertama, kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Kedua, kualitas tatakelola pembangunan bidang agama. Ketiga, kualitas kerukunan umat beragama.
Keempat, kualitas pelayanan kehidupan beragama. Kelima, pemanfaatan dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan. Keenam, kualitas pelayanan penyelenggaraan haji dan umrah. Ketujuh, peningkatan dan pemerataan akses dan mutu pendidikan agama serta pendidikan keagamaan.
Sebelumnya Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan telah membuka Musda MUI Jabar IX pada Senin (25/1/2016) malam. Musda yang mengusung tema “Islam Wasathiyah untuk Jawa Barat yang Lebih Maju” diikuti oleh 225 peserta yang berasal dari pengurus MUI Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat serta perwakilan ormas Islam. Agenda utama Musda sendiri akan memilih Ketua Umum MUI Jawa Barat periode 2015-2020.(hidayatullah/red)