Sampurasun Miliki Dampak Moril Positif
Foto : Kusnadi Suryadinata
PURWAKARTA, HeadlineJabar.com Tokoh Masyarakat Purwakarta Kusnadi Suryadinata menilai adat Sunda sampurasun memiliki nilai spirit kemasyarakatan. Pasalnya, nilai-nilai kesundaan positif jika diaktualisasikan dalam bermasyarakat dapat menciptakan kerukunan.
Sampurasun, menurut Kusnadi memiliki makna penyempuraan sikap, sifat dan perilaku individu dalam bermasyarakat. Sehingga, bisa memunculkan dampak moril yang positif. Termasuk menurutnya, keberadaan adat budaya dan agama tidak bisa dibenturkan.
“Karena keduanya memiliki nilai positif. Jika disandingkan, semisal apa yang sering dilakukan di Purwakarta perpaduan salam syariat dan salam adat sampurasun sering dipakai. Ini bagus, masyarakat diajak mencintai nilai-nilai syariat dan budayanya,” jelas Kusnadi.
Sehingga menurutnya, tidak tepat jika masyarakat Sunda terjebak dengan opini perdebatan antara budaya dan agama. Karena pada hakikatnya, peradaban di seluruh dunia termasuk negara-negara maju tidak pernah meninggalkan sejarah dan kebudayaannya.
“Kearifan lokal ini bukan hanya sebagai buah pemikiran saja, tetapi memang historis sejarah yang sebelumnya ada namun terkikis kemajuan zaman. Masyarakat Sunda tidak bisa meninggalkan kebudayannya,” ungkap Kusnadi.
Sebagai bagian dari aparatur pemerintah, dirinya mengetahui betul permasalahan yang dihadapi masyarakat. Arus globalisasi salah satunya kemajuan industri dan teknologi informasi bisa merubah perilaku masyarakat dengan tajam.
“Dan perilaku ini bukan karakter alamiah. Tetapi cetakan peradaban luar. Untuk merubah perilaku seperti ini, masyarakat harus dibawa dalam karakter yang sesungguhnya. Sampurasun merupakan metode untuk mengharmoniskan kehidupan dan kemajuan Sunda,” katanya.
Saat ditanya polemik Sampurasun, menurutnya masyarakat Sunda tidak perlu terpancing dalam konflik. Akan tetapi membuktikan jika Sunda lebih berislam dan beradab. Khususnya dalam menciptakan masyarakat yang maju.
“Purwakarta sedang mengalami fase pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan. Strategi kearifan lokal ternyata lebih tepat ketimbang pembangunan berbasis globalisasi tanpa mempertimbangkan unsur latarbelakang masyarakat,” pungkasnya.(ays)