Masjid Berarsitektur Sunda di Jawa Barat, Bernama Tajug Gede Cilodong Purwakarta
Foto : Tajug Gede Cilodong juga memiliki 4 pilar yang melambangkan empat pemimpin madzhab yang masyhur dalam Islam.
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Pembangunan Masjid Raya Cilodong Purwakarta akhirnya rampung. Keindahan arsitektur Sunda yang menghiasi mesjid tersebut dapat disaksikan di mesjid yang terletak di Jalan Raya Bungursari, Purwakarta tersebut.
Gagasan mengenai arsitektur mesjid yang kemudian namanya kini berubah menjadi Tajug Gede Cilodong ini lahir dari sosok Dedi Mulyadi. Dia sendiri bukanlah seorang arsitek, tetapi merupakan Bupati Purwakarta yang menjabat sejak Tahun 2008 lalu.
Dedi sendiri terlihat berkunjung ke tajug tersebut dan terkesan atas rampungnya proses pembangunannya yang berlokasi di daerah bekas prostitusi itu.
“Mesjid ini pembangunan saya yang terakhir. Kemarin belum sempat lihat, jadi hari ini kesini dulu untuk melihat,” kata Dedi di lokasi mesjid, Senin (12/3/2018).
Berdasarkan pantauan, mesjid yang berdiri di atas lahan seluas 9 hektare tersebut memiliki 3 umpak atap. Ini melambangkan 3 rukun yang harus dilaksanakan oleh umat Islam yakni rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan.
Selain itu, Tajug Gede Cilodong juga memiliki 4 pilar yang melambangkan empat pemimpin madzhab yang masyhur dalam Islam. Yakni Madzhab Imam Abu Hanifah, Madzhab Imam Malik bin Anas, Madzhab Imam Muhammad bin Idris atau Imam Syafi’i dan Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.
Keempat madzhab ini merupakan madzhab utama yang dianut oleh para pengamal akidah ahlus sunnah wal jama’ah atau sunni. Di Indonesia, para pengamal akidah ini berkumpul dalam organisasi Nahdhatul Ulama atau NU.
Di dalam mesjid, para jamaah akan dimanjakan dengan pilar-pilar yang dilapisi ukiran khas Sunda. Jendela yang besar juga merupakan kekhasan dari arsitektur Sunda yang diterapkan di mesjid yang dapat menampung sebanyak 1.200 jemaah itu.
“Desainnya arsitektur Sunda, nama mesjidnya juga menggunakan nama Sunda, Tajug Gede Cilodong. Ini bisa menjadi wisata religi untuk masyarakat,” jelas Dedi.
Pembangunan Sudah Rampung 100 Persen
Sebelumnya, leading sector pembangunan mesjid tersebut yakni Dinas Tata Ruang dan Pemukiman menyatakan pembangunan Mesjid Raya Cilodong sudah mencapai 100%.
Hal ini merujuk pada hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, dalam hal ini PT Putra Cipariuk Mandiri.
Kepala Distarkim Purwakarta, Aep Durrohman mengatakan kontraktor Mesjid Raya Cilodong sudah melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai kontrak.
Nilai kontrak Mesjid yang dibangun di daerah bekas prostitusi tersebut mencapai Rp38 Miliar. Akan tetapi, pihak kontraktor sampai saat ini baru mencairkan anggaran sebesar 75% dari nilai kontrak tersebut.
“Kalau merujuk pada kontrak kita bersama pihak ketiga, mesjid itu sudah 100% selesai. Bahkan, pihak ketiga baru mencairkan 75% saja dari nilai kontrak,” jelas Aep di kantornya, Jalan KK Singawinata, Purwakarta.
Adapun terkait fisik bangunan mesjid dan taman, Kepala Bidang Tata Bangunan Distarkim Dian Andriansyah mengatakan pihaknya masih membutuhkan dana.
Anggaran sebesar Rp5 Miliar masih dibutuhkan untuk penyelesaian fisik tersebut. Secara kedinasan, dia mengatakan sudah menganggarkan Rp1 Miliar di Tahun 2018.
“Ada beberapa bagian fisik mesjid terutama taman yang harus selesai. Ini diluar kontrak pekerjaan saat ini. Makanya, masih dibutuhkan Rp5 Miliar lagi. Kami akan selesaikan secara bertahap melalui mekanisme usulan,” jelasnya.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, halaman taman mesjid tersebut yang dihiasi taman dapat berfungsi sebagai rest area.
Fungsi ini tidak terlepas dari posisi mesjid tersebut yang terletak di jalur ramai lalu lintas, apalagi saat mudik berlangsung.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY