Kunjungi Cirebon, Dedi Mulyadi Malah Terima Curhatan Petani Tebu

Foto : Petani tebu asal Desa Pasaleman, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon memanfaatkan kedatangan bakal calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk curhat.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Petani tebu asal Desa Pasaleman, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon memanfaatkan kedatangan bakal calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk curhat. Kepada Dedi, mereka mengeluhkan harga tebu yang terus mengalami penurunan, sementara harga kebutuhan pokok seperti beras kian naik.

Bahkan, Kuwu Desa Pasaleman Johan Setiawan mengatakan menanam tebu merupakan mata pencaharian utama di desanya. Sehingga, saat harganya turun, otomatis berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar.

Baca Juga  Kanjut Kundang Gantikan Kantong Plastik

“Harga tebu sedang murah sekali, sementara beras mahal. Warga disini kan kebanyakan petani tebu, jadi terasa sekali kalau tebu sedang murah, pasti ekonomi repot,” katanya, Jum’at (26/1) malam.

Di desa tersebut, setidaknya terdapat lahan tebu seluas 90 hektare. Hasil panen tebu di wilayah itu didistribusikan ke pabrik-pabrik gula yang ada di sekitar Cirebon.

Selain kendala dalam harga jual tebu, petani setempat juga dihadapkan pada persoalan semakin sempitnya lahan. Banyak pemilik lahan yang diketahui mengalihfungsikan bahkan menjual lahan tebu miliknya.

Baca Juga  Dedi Mulyadi bersama Warga Udunan Bantu Pemuda Asal KBB

“Kalau dari minat kan disini mah turun temurun biasanya. Tetapi, lahannya semakin sedikit dari tahun ke tahun,” katanya.

Alih Fungsi Produktif

Bakal calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan solusi atas masalah yang telah terjadi sejak lama di wilayah itu. Kata dia, akar masalahnya terdapat pada ketidakseimbangan antara petani tebu dan pedagang gula.

Baca Juga  Pastikan Kondusifitas, Bupati, Dandim dan Kapolres Pantau Gereja di Purwakarta

“Harus ada regulasi yang mengatur keseimbangan itu. Sehingga, petani tebu pun merasakan manisnya gula,” jelas Dedi.

Kalau pun terpaksa harus melakukan alih fungsi lahan, lanjut dia, harus dialihkan ke komoditas yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar para petani dapat sejahtera.

“Kalau harus alih fungsi, buka sawah untuk menanam padi saja. Sehingga, kebutuhan beras daerah ini juga terpenuhi disamping melimpahnya bahan baku gula. Maka disitu ada titik keseimbangan dua kebutuhan komoditas,” katanya.