Kolaborasi Ewindo dan Pemdes Sukatani Berhasil Turunkan Angka Stunting
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Kolaborasi PT East West Seed Indonesia Cap Panah Merah (Ewindo) dengan Pemerintah Desa (Pemdes) Sukatani menurunkan angka stunting dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan hasil yang luar biasa.
Dari angka 900 kasus stunting pada 2021 di Desa Sukatani, saat ini turun drastis mejadi 14 kasus saja. Hal ini pun menuai apresiasi dari Sekda Purwakarta Norman Nugraha.
“Kuncinya kolaborasi. Termasuk inovasi-inovasi yang melibatkan berbagai pihak,” kata Norman saat menghadiri acara Ewindo Peduli Stunting sejak dini yang digelar di Kebun Hatinya PKK Sukatani, Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Kamis (28/12).
Disebutkan Norman, berbicara tentang stunting tidak hanya berbicara kewilayahan. Karena, sambungnya, urusan stunting ini menjadi program prioritas nasional. Sehingga, harus ada keselarasan antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga desa.
“Target stunting pada 2024 angka prevelensinya 14 persen. Harus kita capai dengan segala upaya yang kita bisa. Untuk skala kabupaten masih di angka 21 persen dan kami terus melakukan berbagai upaya dan inovasi. Mudah-mudahan angka 14 persen ini bisa tercapai,” ujarnya.
Norman mengatakan, kasus stunting di Desa Sukatani dari 900 menjadi 14. Ini angka yang luar biasa. Mudah-mudahan tahun depan bisa zero dan ini harus tercapai dan diperjuangkan.
“Hal ini membuktikan kerja kolaborasi dan bareng-bareng bisa membuahkan hasil. Kami sangat mengapresiasi kolaborasi Ewindo dengan Pemdes Sukatani,” ucap Norman.
Corporate Secretary Ewindo Faisal Reza mengatakan, dalam dua tahun ini Ewindo berkolaborasi dengan Desa Sukatani memperkenalkan urban farming.
“Kami pengin masyarakat di sini kembali berkebun atau bertani dengan menanam sayuran,” kata Faisal.
Untuk itu, kata dia, masyarakat diberikan edukasi bagaimana cara menanam sayuran yang murah dan mudah melalui urban farming yang tidak membutuhkan lahan yang besar.
“Masyarakat pun sangat antusias, dan ini semakin memotivasi kami,” ujarnya.
Disebutkannya, mulai dari benih, edukasi hingga bimbingan diberikan kepada masyarakat Desa Sukatani. Mulai dari pakcoy, kangkung, melon, pepaya dan lainnya ditanam oleh masyarakat.
“Semua sayuran dan buah-buahan itu punya tingkat nutrisi yang tinggi. Pakcoy, kangkung, itu semuanya punya nutrisi yang tinggi. Permasalahannya adalah banyak anak-anak yang tidak suka sayur,” ucap Faisal.
Sehingga, pihaknya pun berkolaborasi dengan masyarakat bagaimana mengelola sayuran menjadi bahan makanan yang disukai terutama oleh anak-anak.
“Ini kan butuh kreativitas dalam pengolahan sayuran menjadi makanan yang disukai dan ternyata bisa. Dengan begitu, kebutuhan nutrisi, khususnya untuk anak-anak terpenuhi,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Sukatani, Purwakarta, Abdul Aziz Tiku Padang Bato Limbong (Agis Limbong) mengatakan, dua tahun lalu Desa Sukatani menjadi lokus stunting. Ada 900 kasus dan menjadi lokus stunting tertinggi.
“Saat itu adalah awal-awal saya menjabat sebagai Kades Sukatani. Kemudian, dengan berbagai inovasi dan kolaborasi, termasuk dengan Ewindo, angka 900 itu turun menjadi 14 kasus dalam dua tahun,” ujarnya.
Agis menyebutkan, status Desa Sukatani hari ini sudah bukan lagi lokus stunting. “Hal ini pun membuktikan jika penanganan stunting itu lebih kepada pencegahan. Adapun cita-cita kami pada 2024 nanti bisa mencapai zero stunting dan bisa menjadi percontohan penanganan stunting,” ucap Agis.