Jembatan Putus, Ratusan Warga Karawang Terisolir
![](https://www.headlinejabar.com/wp-content/uploads/2016/11/jembatan_putus_ratusan_warga_karawang_terisolir_images_3_single_image.jpg)
Foto : Ilustrasi.ISTIMEWA
KARAWANG, headlinejabar.com
Ratusan warga Desa Ciparage, Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat, terisolir akibat jembatan penyeberangan yang menghubungkan Kampung Karang Sinar dengan Kampung Muara Dua di Desa Ciparage, Jumat (4/11).
Akibatnya ratusan Kepala Keluarga terisolir karena karena akses jalan satu-satunya hanya melalui jembatan tersebut. Tidak ada korban dalam peristiwa tersebut karena saat kejadian turun hujan deras dan warga sedang tidur meski robohnya jembatan tersebut sempat menimbulkan suara gemuruh.
Menurut salah seorang warga, Dedi Supriadi (36), mengatakan sekitar pukul 2.30 WIB dinihari tadi jembatan yang disebut jembatan Cibulan-bulan mendadak roboh saat hujan deras. Warga yang tinggal disekitar jembatan mendengar suara gemuruh kencang dan langsung keluar rumah. Namun karena huja deras disertai petir hanya beberapa warga saja yang mendatangi arah suara gemuruh.
“Saat kita mendatangi sumber suara ternyata jembatan Cibulan-bulan roboh. Namun saat kejadian tidak banyak warga yang berani keluar rumah karena hujan deras sekali, mereka baru mengetahui jembatan roboh saat akan melakukan aktifitas,” katanya.
Menurut Dedi, jembatan Cibulan-bulan memang kontruksinya sudah rusak akibat pernah ditabrak kapal tongkang eskavator hingga salah satu tiang pengangga patah. Karena salah satu tiang pengangga sudah tidak berfungsi sehingga diduga tidak kuat menahan arus sungai Cibulan-bulan yang saat itu mengalir kencang akibat hujan deras dan bermuara di laut Ciparage.
“Sudah satu tahun lalu jembatan itu rusak karena ditabrak kapal beko sehingga tiang penyangga retak-retak. Selam ini belum ada upaya pemerintah untuk memperbaiki jembatan tersebut hingga akhirnya roboh akibat arus sungai kencang,” katanya.
Dedi mengatakan akibat jembatan roboh warga diseberang sungai yaitu di Kampung Karang Sinar susah untuk keluar kampung karena jembatan tersebut merupakan akses jalan darat satu-satunya.
Untuk keluar kampung warga terpaksa menggunakan perahu nelayan untuk menyeberangi sungai Cibulan-bulan. Namun menggunakan perahu nelayan tidak bisa dilakukan setiap saat karena nelayan lebih memilih ke laut untuk mencari ikan.
“Sekarang masih bisa diatasi karena nelayan banyak yang tidak melaut akibat cuaca buruk, namun jika sudah musim melaut nelayan pasti memilih untuk melaut,” katanya.
Dedi sendiri mengaku tidak bisa mengurus tambak ikan yang berlokasi di Kampung Karang Sinar karena jembatan roboh. Jika mengandalkan perahu nelayan dia harus membayar ongkos yang biayanya tergantung beban yang dia bawa. padahal dalam sehari dia harus dua kali mengontrol tambak ikannya.
“Biasanya cuma melewati jembatan sekarang kalau harus pakai perahu saya harus mikirin ongkos perahu,” katanya.
Reporter : Teguh Purwahandaka
Editor : Dicky Zulkifly