Ini cerita si Ujang “Aliando” Supriadi, ketika Bertemu Bupati Purwakarta
Foto : Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama Ujang “Aliando” Supriadi, ketika bertemu di Rumah Dinas
PURWAKARTA, HeadlineJabar.com
Ujang Supriadi (15) bocah asal Desa Pucung, Kecamatan Kota Baru Kabupaten Karawang, yang sekarang ramai dibicarakan netizen karena diduga dikatai bahasa kasar oleh Bupati Purwakarta, H. Dedi Mluyadi,SH., yang diposting oleh ormas FPI. ketika ditemui oleh awak media, dirinya tidak terlihat merasa dikasari bahkan mengaku berterima kasih kepada Dedi Mulyadi, Senin (30/11/2015).
Bocah yang sehari – hari hidup dijalanan dan bekerja sebagai buruh angkut ini, mengaku tidak merasa dikatai kasar, menurut dirinya mengetahui bahwa bupati purwakarta hanya bercanda terlebih dirinya pun suka berbahasa dan becanda kasar.
“Saya gak merasa dikasarin ko apalagi sakit hati, lagian kan ujang tau itu hanya becanda malahan ujang sendiri yang sempet berbicara kasar terlebih dahulu kepada teman ujang ketika dipanggung,” ujarnya.
malahan dirinya mengaku sedih ketika diberikan dinasehati oleh bupati, bahkan dirinya yang biasa memakai kacamata hitam sehari – hari untuk menutupi matanya, sekarang tampak percaya diri.
“Malahan ujang nangis di panggung, soalnya pak bupati nasehati ujang,harus nurut sama emak (nenek) ngebantu, terus harus percaya diri juga,” ungkapnya.
Ujang mengaku, ketika dipanggung dirinya diberikan uang sebesar 5 juta rupiah untuk dibelikan domba, serta menambah biaya modal dagang neneknya.
“Pak bupati berikan ujang uang lima juta, ujang belikan dua domba satu pasang malahan sekarang beranak dua, sisanya diberikan modal buat dagang emak tapi malah diambil bapak, ya ujang ngerasa kebantu bertemu dengan pak bupati, bahkan ujang sekarang jualan es di sekolah gak dijalanan lagi.”, ujarnya.
Ujang sendiri dibesarkan oleh neneknya, yaitu nek nira yang sehari – hari berjualan makanan ringan ini di sekolah – sekolah. menurut pengakuan Nek Mira sendiri dirinya ditinggalkan kedua orang tuanya ketika umur satu bulan, pasca bercerai, dimana ibunya kembali ke kampung halamannya sedangkan ayahnya menjadi tukang parkir di pasar cikampek dan sekarang mempunyai istri lagi.
Mak Nira, mengaku dirinya sempat kaget, ketika bertemu dengan Ujang yang sehabis nonton safari budaya ketika itu.
“Kaget, si ujang nangis pas pulang malahan langsung meminta maaf pas ditanya dirinya mengaku dikasih uang oleh pak bupati untuk dibelikan domba dan tambahan emak dagang, uangnya langsung diberikan ke emak.”, ujarnya.
Sambil berkaca – kaca Mak Nira, menjelaskan perubahan yang ada dalam diri Ujang, bahwa cucunya ini lebih rajin membantu bahkan, bocah putus sekolah ini lebih memilih berdagang dari pada nongkrong dijalanan.
“Dulu seringnya main dijalanan,walaupun jadi buruh angkut sekarang lebih memilih memelihara domba ditambah berdagang es di sekolah, walaupun hanya di gaji 50 ribu seminggu tapi ujang lebih rajin sekarang mah,” ungkapnya.
Mengetahui perubahan yang ada di diri Ujang, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi berkeinginan untuk kembali menyekolahkan ujang.
“Lihat perubahannya saya inginkan Ujang sekolah kembali, bahkan dia boleh bekerja disini dengan pendapatan yang lebih besar dari sekarang, karena saya melihat sosok anak ini yang mempunyai keinginannya untuk berubah,” ungkapnya.
ditanya akan tentang postingan salah satu ormas, yang menuduh dirinya mengatakan bahasa kasar kepada anak kecil, Dedi mengungkapkan bahwa itu hanya candaan dan guyon belaka yang tidak ada sama sekali mengandung unsur disengaja atau emosi.
“Biasa saya temuin anak – anak seperti ujang, yang hidup dijalanan, dengan bahasa sehari – hari yang cenderung kasar, ya candaan guyon wayang dan itu sering disebut dengan hereuy sunda (Becanda Masyarakat Sunda) Utara  dan ketika dipanggung saya gunakan dalam konteks becanda, mungkin juga dikita ini bupati harus  bicaranya terstruktur tertata bisa saja omongan itu membosankan, tapi ketika omongan kasar konteksnya dipakai becanda bisa buat orang tertawa berbeda apabila dipakai dalam konteks emosi yang memang tujuannya berkata kasar,” ujarnya.(jem)