Gubernur dan Wagub Jabar Kompak Bersuara Soal Polemik “Campur Racun”
Foto : Ahmad Heryaman (kanan) dan Deddy Mizwar (kiri)
BANDUNG, HeadlineJabar.com Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan bisa memahami pernyataan yang disampaikan Habib Rizieq, yang bersumber dari motivasi menjaga kemurnian aqidah.
“Mungkin saja kepleset, sehingga secara lahiriah terlihat menghina. Padahal sangka baik saya kelihatannya tidak ada niat menghina Budaya Sunda dan warga Jawa Barat,” katanya saat dihubungi media online nasional, baru-baru ini.
Dalam perspektif apapun, termasuk agama Islam, kata Gubernur Aher tidak ada yang salah dengan Sampurasun. “Ini sama saja dengan sapaan Horas oleh masyarakat Batak atau Sobahul Khoir di dunia Arab atau juga selamat pagi, siang, malam di negeri kita,” katanya.
Dalam kaidah Islam, kata Aher, ada prinsip ‘Al-adatu Muhakkamah’ yakni adat atau budaya bisa menjadi sebuah norma sepanjang tidak bertentangan dengan pokok pokok aqidah.
Itulah sebabnya, Aher sendiri selalu membuka pidato dengan Sampurasun setelah membuka dengan Salam.
Aher meminta kedua pihak mengedepankan dialog sebelum penyelesaian secara hukum. Sebab, budaya gotong royong dan silih asih, termasuk saling memaafkan, adalah budaya Sunda yang harus dikedepankan ketika muncul permasalahan.
Karenanya, ke depan tidak lagi ada masalah seperti ini. Sangat di sayang kalau kasus seperti ini di laporkan ke penegak hukum sementara kedua belah pihak belum bertemu untuk berdialog.
Sementara Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menilai reaksi terhadap plesetan Sampurasun sudah berlebihan.
“Tanya dulu maksudnya apa. Jangan konfrontatif, itu bukan satu-satunya solusi. Memang itu haknya setiap orang (bereaksi seperti itu) tapi coba bersikap lebih dewasa, lebih arif,” kata dia.
Deddy meyakini, pemelesetan idiom kultural pasti punya maksud, tapi bukan untuk melecehkan sebuah kultur.
“Menggunakan idiom kultural tadi pasti ada tujuannya, bukan untuk menjelekkan kultur tertentu, tidak,” kata dia.
Dia menduga, niat pelontar plesetan Sampurasun menjadi Campur Racun itu dalam konteks bercanda.
“Saya gak yakin juga buat seorang Habib Rieziq menghina atau merendahkan sebuah kultur. Mungkin dia bercanda dalam memakai istilah budaya untuk tujuan tertentu. Ketemu saja dengan Habib Rieziq, gak makan orang kok,” kata dia.
Menurut Deddy, reaksi yang konfrontatif malah memunculkan konflik baru.
“Sampai ini dituntut, terlalu berlebihan. Menimbulkan konflik baru lagi, coba ketemu saja dengan Habib Rieziq, maksudnya apa? Susah amat dialog bangsa ini,” kata dia.(net/red)