Jalur irigasi yang membentang dari Tegal Junti hingga Pertigaan Poponcol Purwakarta akhir-akhir ini selalu terhambat gunungan sampah. Bahkan saluran irigasi tersebut kian hari mengalami pendangkalan sehingga tak jarang sampah yang terangkut aliran air pun naik ke bantaran irigasi. Melihat kondisi tersebut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi langsung berang dan mendatangi langsung Kantor PJT II di Jl Veteran Purwakarta, Senin (4/4/2016).
Kedatangan Dedi tersebut tidak lain adalah bermaksud meminta peta jalur irigasi mengingat dirinya mendapat laporan bahwa daerah bantaran irigasi tersebut sengaja disewakan oleh oknum PJT II.
“Barusan saya cek, Dinas Kebersihan harus mengangkut sampah sebanyak dua truk setiap hari hanya dari saluran irigasi tersebut. Semua sampah itu berjenis sampah rumah tangga. Kan tanah itu milik PJT II kok kenapa disewakan?,” tanya Dedi kepada salah seorang pegawai PJT II.
Dedi menyayangkan tanah bantaran irigasi yang seharusnya menjadi jalur hijau kini ditanami oleh bangunan permanen. Menurut dia seharusnya sistem sewa yang diberlakukan oleh PJT II harus dikaji kembali karena terdapat potensi sengketa dikemudian hari.
“Kalau dibiarkan terus, kelak akan terjadi sengketa, lalu timbul masalah sosial baru. Ini harus segera ditertibkan” terang Dedi.
Dedi pun segera memanggil ketua RT RW setempat agar melakukan pendataan bangunan baru disekitar bantaran irigasi lengkap dengan melakukan klasifikasi kepemilikan tanah. Dedi memandang pendataan ini sangat penting untuk meminimalisir dampak sosial negatif yang lebih besar. “Barusan sudah memanggil ketua RT RW. Kami berharap segera selesai,” terang Dedi.
Sementara itu menurut salah seorang warga yang tinggal di sekitar jalur irigasi menuturkan bahwa sampah yang menyumbat saluran air ini merupakan sampah yang berasal dari hulu.
“Pernah ada sampah kasur malah kang. Kalau warga disini tidak membuang sampah ke irigasi tetapi kami simpan ditempat sampah yang disediakan Dinas Kebersihan. Nah sampah yang ada di irigasi itu berasal dari hulu, sudah banyak warga yang tinggal disana”. Kata seorang Ibu yang tidak ingin disebutkan namanya.(*)