FPI Purwakarta Tolak Minta Maaf

Foto : Tabligh Akbar Habib Rizieq Syihab di Pasar Rebo Purwakarta. Awal konflik sara bermula saat Habib Riziek mengeluarkan kalimat yang diduga campu racun sebagai ejekan salam adat Sunda sampurasun

PURWAKARTA, HeadlineJabar.com
Terkait polemik kasus “campur racun” Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Purwakarta menolak minta maaf pada masyarakat Sunda. Sikap FPI Purwakarta sama dengan DPD FPI Jawa Barat, lebih dulu menegaskan “ogah” minta maaf.

Baca Juga  Bupati Purwakarta Hadiri Rakor Kepala Daerah Seluruh Indonesia, Bahas Covid-19 dan Pertumbuhan Ekonomi

Sekretaris FPI Purwakarta, Ustad Dadang S, lebih memilih semua pihak bisa objektif mengenai permasalahan ini. Dadang juga meminta masyarakat khususnya Sunda bertabayun.

“Sikap kita sama dengan sikap DPP FPI dan DPD FPI Jabar, saran kami, kepada saudara-saudara sesama orang Sunda mari bertabayun, kami siap untuk menjelaskan peristiwa yang sebenarnya, dilengkapi dengan data-data yang diperlukan, jaga persaudaraan dan waspada akan perusakan aqidah, Allahu Akbar,” kata Ustad Dadang, melalui sambungan selulernya.

Baca Juga  Pemkab Purwakarta Berencana Naikkan Retribusi Sampah

Untuk masalah sampurasun dan campuracun, semua pihak diminta obyektif dan tidak keluar dari kontek yang sebenarnya, juga tidak diplesetkan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan situasi dan memperkeruh suasana.

“Silahkan buka rekaman aslinya yang berdurasi satu jam lebih, jangan yang dijadikan dalil dari rekaman yang diduga telah direkayasa dan diarahkan yang durasinya hanya 43 detik,” tegasnya.

Baca Juga  Disdik dan KPAI Purwakarta Jamin Hak Pendidikan Anak Putus Sekolah Akibat Kecanduan Aroma Bensin

Pihaknya menghimbau kepada saudara-saudara sesama orang sunda, bahwa Habib Rizieq tidak bermaksud menghina atau pun melecehkan Sunda.

“Ingatlah, kami juga orang sunda yang cinta pada budaya sunda, tapi, kita harus menempatkan secara proporsional mana adat dan mana syariat dan juga substansi isi ceramah adalah masalah akidah bukan masalah bahasa sunda itu atau adat sunda,” ungkap Dadang.(jem)