Budayawan Merasa Sampurasun Terdiskreditkan
Foto : Budayawan Sunda Purwakarta H Arifin
PURWAKARTA, HeadlineJabar.com
Budayawan sunda asal Purwakarta angkat bicara terkait pernyataan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq yang melesetkan kata Sampurasun beberapa waktu silam. Atas pernyataan tersebut, budayawan itu merasa kalimat khas sunda ‘Sampurasun’ terdiskreditkan.
Budayawan Sunda asal Purwakarta, H Arifin yang merupakan warga Kp Sukamulya Kelurahan Ciseureuh itu mengatakan bahasa sampurasun sudah lahir sejak abad nenek moyong. Oleh karenanya, sangat tak pantas jika ada yang memplesetkan atau mendiskreditkan.
“Bagi masyarakat etnis sunda, ketika berbicara sampurasun jangn sampai di diskreditkan meskipun dilihat dari unsur mana saja,” katanya kepada Headlinejabar.com. Ia menambahkan, kendati budaya yang dimiliki berbeda, seharusnya dapat menjaga persatuan.
Masih diungkapkan H Arifin, kalimat sampurasun merupakan kunci awal dan ciri khas silaturahmi di budaya sunda yg digunakan di tempat umum. Untuk itu, tak ada salahnya jika kalimat tersebut digunakan oleh warga Sunda khususnya. “Atas dasar itu, saya berharap siapa saja yang mendiskreditkan kalimat sampurasun segera meminta maaf,” sambungnya.
Tak hanya kalimat Sampurasun, ciri khas yang dimiliki masyarakat sunda diantaranya, iket kepala, baju kampret dan sendal (talumpa, gamparan, bakiak dan klom). “Melestarikan budaya daerah apa salah?, seharusnya kita bangga terhadap orang yang mempelopori pelestarian budaya,” jelasnya.
Karena, jelas H Arifin, seiring berkembangnya zaman, jika budaya daerah tak dilestarikan. Dikhawatirkan akan hilang dan tergantikan dengan budaya luar (asing). “Saya tegaskan, bagi yang memplesetkan atau merusak kalimat sampurasun segera meminta maaf,” terangnya.
Seraya menegaskan, sebelum mengeluarkan pernyataan seharusnya pihak pihak tertentu melakukan analisis moral. “Jangan sampai setiap pernyataan menyakiti orng lain apalagi golongan,” imbuhnya. Sebab, jika warga sunda sudah merasa terusik maka tidak akan mundur meski satu langkah.
“Orang sunda moal nyerang, tapi mun di ganggu moal mundur satapak atau satunjal beas ge (orang sunda tak akan menyerang, tetapi kalau diganggu tak akan mundur meski satu butir beras, red),” tegasnya.
Ia mengaku, merasa bangga dengan pemimpin purwakarta yang dapat mengangkat kembali budaya sunda. “Ngarasa reu’eus aya hiji Jajaka sunda anu perceka tur binangkit (Dedi Mulyadi), anu ngangkat budaya sunda ka tatar nusantara. (Saya justru merasa bangga ada satu lelaki sunda yang pintar dan besar yang mengangkat budaya sunda ke nusantara, red),” akunya.
Teu aya batal haram na, Mun aya jalmi ngamumule budaya sunda. Komo ieu aya ais pangampih. (Tidak batal dan tidak haram kalau ada orang yang melestarikan budaya sunda, apalagi ini seorang pemimpin, red). Sampurasun bukan milik Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, tapi milik etnis sunda.(ays)