Begal Makan Korban, Dedi Mulyadi Tawarkan Solusi Sampai ke Akar Masalahnya

Foto : Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menengok keluarga korban penjambretan.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Dunia pendidikan Kabupaten Purwakarta berduka. Enok Suhaeni (43), Guru SMPN 2 Bungursari, Purwakarta harus meregang nyawa akibat aksi pembegalan yang dia alami. Guru kesenian tersebut meninggal usai mendapatkan perawatan di RS Saraswati, Cikampek, Karawang.

Enok sendiri merupakan warga asli Purwakarta, beralamat di Kampung Bojong RT 33/05, Kelurahan Nageri Kidul, Kecamatan dan Kabupaten Purwakarta.

Awal mula, Enok diantar oleh suaminya, Aang Suherman (44) dengan menggunakan sepeda motor. Mereka berdua berangkat dari kontrakannya, Selasa (27/3/2018), Pukul 05.30 WIB di kawasan Purwasari, Cikampek menuju SMPN 2 Bungursari.

“Nah sampai di jalan layang Cikampek, tiba-tiba ada dua orang, boncengan pakai sepeda motor. Kami dipepet, dan tas istri saya dijambret,” kata Aang, di Purwakarta, Rabu (28/3/2018).

Tali dari tas istrinya itu, lanjut Aang, tidak berhasil putus. Akibatnya, sang istri tersungkur ke pinggir jalan dengan kepala tepat mengenai aspal. Spontan, ia langsung menghentikan sepeda motornya dan berusaha memberikan pertolongan kepada istrinya yang tengah tergeletak.

Baca Juga  Beberkan Bukti Owner CV Selera Prima Siap Patuhi Aturan

“Saya spontan langsung berhenti dan membawa istri ke Rumah Sakit Saraswati. Begalnya itu, kabur ke arah Cikampek,” ujarnya.

Malang nasib Enok, nyawanya tidak bisa tertolong karena luka di bagian kepala akibat benturan. Jenazah Enok telah dikebumikan kemarin oleh pihak keluarga tidak jauh dari tempat tinggalnya di Kelurahan Nageri Kidul.

Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi turut menyampaikan bela sungkawa atas kejadian yang menimpa Enok. Dia melayat ke kediamannya dan mendengarkan langsung kronologis kejadian dari pihak keluarga.

“Saya turut berbela sungkawa atas kejadian ini. Semoga tidak terulang di tempat lain. Apalagi, Ibu Enok seorang guru,” katanya.

Bukan hanya berbela sungkawa, pria yang kini mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat tersebut ternyata memiliki solusi komprehensif. Solusi ini dapat diterapkan agar kejadian yang sama tidak terulang.

Menurut dia, Jawa Barat membutuhkan sistem keamanan modern anti begal. Karena itu, pemasangan CCTV perlu dilakukan di setiap sudut jalan agar kondisi sekitar jalan tersebut terpantau pihak keamanan.

Baca Juga  Baru Saja Terima Tugas Bangun Mall, Kabid Perdagangan Purwakarta Dipindahkan

“CCTV itu harus terintegrasi antara pihak kabupaten/kota, polres, polresta, pemprov dan polda jabar. Sehingga, masyarakat ada yang menjaga setiap saat. Patroli siang dan malam pun saya kira perlu, tetapi harus ditunjang dengan teknologi,” katanya.

Biang Keladi Aksi Begal

Kesenjangan sosial menurut Dedi Mulyadi merupakan biang keladi maraknya aksi begal di tengah masyarakat. Karena itu, negara harus hadir untuk memberikan solusi komprehensif atas persoalan akibat faktor ekonomi ini.

Dia menjelaskan, pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat harus memiliki data riil jumlah pengangguran terutama usia angkatan kerja baru. Berbekal data tersebut, dipilah antara angkatan kerja yang dapat dipekerjakan di sektor formal atau informal.

“Dari data itu, pemerintah mengambil langkah. Kalau bisa ke sektor formal, artinya bisa masuk ke industri. Nah, mereka yang tidak memiliki bekal formal ini juga harus diperhatikan,” jelasnya.

Saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi diketahui banyak menyerap tenaga kerja informal. Mereka dipekerjakan oleh pemerintah daerah menjadi Tenaga Harian Lepas atau THL. Gaji per bulan terhitung layak untuk ukuran tenaga kerja jenis tersebut.

Baca Juga  Warga Depok Antre Air Bersih Akibat Pasokan PDAM Terputus

“Misalnya di Purwakarta banyak tukang sapu di taman dan pinggir jalan. Mereka digaji per bulan Rp2,1 Juta. Saya kira bisa ini diterapkan di Jawa Barat,” ungkapnya.

Selain itu, proyek pemerintah harus bersifat padat karya demi penyerapan tenaga kerja. Sehingga, ada arus perputaran uang yang dimanfaatkan untuk membuka lapangan kerja di tengah masyarakat.

“Nah, kemudian proyek pemerintah yang padat karya harus punya kesinambungan. Masyarakat itu dilibatkan dalam pembangunan agar memiliki penghasilan,” ujarnya.

Berbagai langkah ini menurut pria yang lekat dengan iket Sunda berwarna putih itu dapat menekan berbagai tindak kejahatan. Rata-rata masalah ekonomi menjadi motif utama pelaku tindak kejahatan menjalankan aksinya.

“Kalau seperti ini saya yakin tidak akan ada keinginan instan untuk mendapatkan uang. Karena di banyak tempat kita temukan masalah ekonomi sering menimbulkan tindak kejahatan,” pungkasnya.

EDITOR : DICKY ZULKIFLY