PURWAKARTA, headlinejabar.com
Keikutsertaan masyarakat dalam program keluarga berencana (KB) Kabupaten Purwakarta tertinggi di Jawa Barat. Data keikutsertaan KB untuk pasangan usia subur (PUS) di Purwakarta tembus angka 73,46 persen.
Badan Keluarga Berencana Perlindungan Ibu dan Anak (BKBPIA) Purwakarta, memastikan program KB sepenuhnya bisa dirasakan masyarakat. Meski tak ada target permanen dalam ber-KB, persentase keikutsertaan KB di Purwakarta akan meningkat setiap tahunnya.
“Kita baru saja melakukan evaluasi keikutsertaan KB di Purwakarta. Datanya fantastis dan dinamis. Terbesar di Jawa Barat,” terang Kepala BKBPIA Purwakarta Carma Rukhiat kepada headlinejabar.com, di ruang dinasnya, Rabu (13/4/2016).
Meski disadari untuk peluncuran program KB sering terbentur dengan kebiasaan-kebiasaan kultural masyarakat. Maksudnya, piliihan masyarakat cukup beragam dalam memilih teknis ber-KB. Ada yang lebih nyaman dengan KB hormonal, demikian pula KB non-hormonal. Keikutsertaan masyarakat juga beragam dalam ber-KB, ada yang ingin menggunakan alat KB sementara maupun jangka panjang.
“Kita harus mendukung program pemerintah. Sementara jika dilihat, tingkat migrasi di Purwakarta cukup tinggi dan ini mempengaruhi angka keikutsertaan KB. Namun, tidak ada target dalam KB itu, karena semuanya diwajibkan,” tutur Carma.
Sebagaimana diketahui, kontrasepsi hormonal merupakan metode pencegahan kehamilan dengan memasukkan hormon (estrogendan atau progeteron, red) dalam tubuh dan menghambat kesuburan wanita untuk sementara.
Jenis kontrasepsi hormonal antara lain pil kontrasepsi, suntik, susuk implan, dan AKDR dengan progestin. Sebaliknya, pada kontrasepsi non-hormonal, penundaan kehamilan dilakukan dengan memanfaatkan sistem atau alat tertentu yang mencegah bertemunya sperma dengan sel telur.
Cara ini pada dasarnya tidak akan memengaruhi perubahan hormon dalam tubuh. Yang termasuk dalam kontrasepsi non-hormonal, yaitu sistem kalendar, sistem sanggama terputus, kondom, cap servikal, spermisida, intra uterine device (IUD), dan vasektomi atau tubektomi.(*)
Reporter /Editor : Dicky Zulkifly