7 Kali Didera Longsor, Pemkab Bandung Barat Belum Naikan Status Bencana

Foto : Longsor Cililin Bencana Terbesar di Bandung Barat, Jawa Barat. Sumber, istimewa

BANDUNG BARAT, headlinejabar.com

Meskipun sepanjang Februari 2016 terjadi 7 kali kejadian bencana alam longsor di Kabupaten Bandung Barat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Batat belum akan menaikan kebencanaan dari siaga darurat ke tanggap darurat.

Mengapa demikian? Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Maman S Sunjaya menuturkan, untuk menaikan status kebencanaan dari siaga menjadi tanggap darurat, situasi bencana alam harus memenuhi beberapa poin, seperti bencana alam yang sudah menggangu perekonomian masyarakat.

“Bencana alam tanah longsor menimbulkan kerusakan pada fasilitas umum berupa badan jalan dan rumah penduduk atau juga anggaran untuk penangulangannya sudah tidak bisa ditangani oleh SKPD sehingga harus menggunakan anggaran dari pos dana tidak terduga,” kata Maman didampingi Kepala Pelaksana BPBD Rony Rudyana, di Ngamprah, baru-baru ini.

Sementara ini, bencana yang menimpa Kabupaten Bandung Barat masih bisa ditangani oleh SKPD terkait, dan belum sampai mengganggu perekonomian warga. Seperti kejadian tanah longsor yang menimpa badan jalan penghubung antara Kecamatan Cililin dengan sindangkerta, di Kampung Bonceret, Desa Rancapanggung, warga masih bisa menggunakan jalan alternatif lain.

Baca Juga  Jamaah Ahmadiyah di Depok Tetap Ibadah Meski Disegel

“Tidak sampai lumpuh total, tapi warga masih bisa menggunakan jalan alternatif lain. Terkecuali itu jadi jalan satu-satunya, bisa kita berlakukan status tanggap darurat,” jelasnya.

Bencana alam yang terjadi Februari lalu dalam rentang waktu enam hari, dari tanggal 23 sampai 28. Tanggal 23 Februari terjadi longsor yang menimpa badan jalan di Kampung Bonceret. Masih ditanggal yang sama juga terjadi tanah longsor di kampung Cipanas, RW 25, Blok Cigalieung, Desa rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat. Kejadian ini sempat memutuskan akses jalan Kecapatan Cipatat dengan Saguling, dan Cipongkor.

Juga ditanggal dan hari yang sama, terjadi pergerakan tanah di Kampung Sayang, Desa Cicangkang Girang, Kecamatan Sindangkerta menyebabkan 3 rumah rusak berat, 20 rumah lainnya terancam. Longsor juga menyebabkan akses ke pemukiman warga sempat tertutup.

Baca Juga  Purwakarta Menuju Daerah Tertib Ukur

“Pada tanggal yang sama namun lokasi berbeda, bencana longsor menimbulkan kerusakan pada banguan SDN Pasirpogor 3, dan Pesantren Haurpogor di Desa Pasirpogor, Kecamatan Sindangkerta. Kejadian ini menyebabkan terdampaknya ruang perpusataan milik pesantren,” ungkapnya.

Lima hari berselang tepatnya tanggal 28 Februari, bencana tanah longsor merusak 1 rumah dan 1 rumah lainnya terancam di Kampung Pasirmuncang, Desa Cicangkanggirang, Kecamatan Sindangkerta.

“Disamping kejadian bencana tanah longsopr, pada tanggal 23 Februari terjadi pergerakan tanah yang menyebabkan retakan sepanjang 30 meter di Kampung Radio, Desa/Kecamatan Cililin. Terdapat 19 rumah yang terancam bencana,” ujarnya.

Lebih jauh Maman mengatakan, sebagai upaya daruraty atas 7 kejadian bencana itu, Pemkab Bandung Barat sudah mengambil sejumlah langkah antara lain melaksanakan koordiasi dengan dinas teknis terkait terkait penggunaan alat berat di Kampung Bonceret, evakuasi terhadap masyarakat yang terdampak bencana, melaksanakan koordinasi dengan PT. Indonesia Power untuk penangangan pembersihan material longsior di Desa Rajamanda Kulon, dan berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi Mitigasi bencana Geologi (PVMBG).

Baca Juga  Warung Rusak Pohon Tumbang di Gunung Hejo, Diduga Terjangan Puting Beliung

“Tindak lanjut dari kejadian itu dengan memberikan bantuan stimulan kepada keluarga terdampak, mempersiapkan penyusunan rencana komntijensi tanah longsor sebagai upaya pengurangan resiko bencana,” ujarnya.

Berdasarkan prakiraan cuaca, BMKG menyebutkan bahwa musim hujan masih akan berlangsung sampai Mei. Oleh karena itu masyarakat yang tinggal di lokasi rawan bencana untuk selalu meningkatkan kewaspadaan.

“Jika hujan deras turun masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana lebih baik mengungsi ke tempat yang lebih aman. Ini untuk mengghindari jatuhnya korban jiwa juga mengurangi resiko kerugian materi yang ditimbulkan oleh bencana,” pungkasnya.(pjk/dzi)