Misteri kematian mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Bhayangkara Tegar Perdana (24), mulai tersingkap. Dari hasil pemeriksaan tim forensik RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, jenazah Tegar didapati ada luka di kepala sisi kiri belakang.
Luka tersebut diduga karena kekerasan benda tumpul. Kemudian bibir warna kebiruan, kuku-kuku jari tangan dan kaki kebiruan. Didapatkan pelebaran pembuluh darah pada selaput kelopak mata kanan dan kiri almarhum.
Kapolresta Depok AKBP Harry Kurniawan mengungkap hasil pemeriksaan kematian mahasiswa Pasca Sarjana UI angkatan 2013 oleh dokter ahli dari RS Polri Soekamto, Kramat Jati. Menurutnya, kematian Tegar diduga kuat oleh benturan keras pada bagian belakang kepala.
“Benturan keras pada bagian kepala belakang hingga mengeluarkan darah korban saat duduk langsung terjatuh menghantam tiang kantin, hingga korban langsung tak sadarkan diri. Kuat dugaan kuat penyebab korban meninggal,” ujar Kapolresta Harry di Depok, Jumat (20/5/2016).
Berdasarkan hasil penyelidikan petugas dari hasil pemeriksaan tempat kost korban di daerah Kukusan, petugas mendapatkan sejumlah obat pereda rasa pusing dalam kamar.
“Hasil penggedelahan di kamar kost korban petugas mendapatkan obat terdapat enam jenis penghilang sakit kepala juga vitamin. Lalu ditemukan juga kartu berobat dokter,” kata AKBP Harry.
Menurut Harry, kematian korban murni karena kecelakaan akibat terjatuh dan kepala korban terbentur. Jadi menurutnya tidak benar karena keracunan obat.
“Dan kita bersama kedokteran, kepolisian sudah menyimpulkan bahwa korban meninggal karena benturan di belakang. Pihak keluarga sudah membuat pernyataan kepada kami, bahwa mereka ikhlas untuk menerima. Korban sudah dikebumikan di daerah Jawa Tengah,” ungkap Harry.
Seperti diketahui, kejadian bermula ketika Tegar sedang berada di kantin Fakultas Teknik (FT) UI. Saat itu, ia sedang bersama temannya berdiskusi di kantin. Tegar, asal Pati, Jawa Tengah itu tercatat baru saja menyelesaikan S2, Teknik Kimia UI dan akan menjalani wisuda pada Agustus nanti. Namun, takdir berkata lain, ajal lebih dulu menjemputnya.(*)
