Suplai Komoditas Bantuan Program Sembako di Cibatu “Bau Nepotisme”
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Program sembako merupakan pengembangan dari bantuan pangan non tunai (BPNT). Sebagai program transformasi, program ini dipastikan menjadi lebih tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga,
tepat kualitas, dan tepat administrasi.
Demikian bunyi pengantar dari pedoman umum (pedum) program sembako setebal 182 halaman itu. Pengantar pedum program sembako, ditandatangani langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan selaku Ketua Tim Pengendali Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Sosial
Nontunai, Muhadjir Effendy.
Pada pelaksanannya, di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, program ini rupanya masih berbuntut pembahasan tabu. Tabu, bau-bau dugaan nepotisme.
Koordinator Daerah (Korda) Program Sembako Kabupaten Purwakarta, Aam Syamsiah disinyalir ikut campur dalam menentukan suplaier komoditi. Kabarnya, suplier komoditi program sembako di Kecamatan Cibatu, H Junaedi yang tak lain dan tak bukan adalah suami Aam Syamsiah.
Padahal, lagi-lagi kata pengantar pedum program sembako, program ini diharapkan dapat memberikan pilihan kepada penerima manfaat dalam memilih jenis, kualitas, harga dan tempat membeli bahan pangan.
“Artinya, masyarakat penerima manfaatlah yang boleh menentukan mau sembako seperti apa, dari mana, dan di mana membeli sembako,” kata aktivis mahasiswa, Nafi Ramdani, Kamis (12/11/2020).
Saat dikonfirmasi, Korda Program Sembako Kabupaten Purwakarta, Aam Syamsiah tidak mengakui soal suplai komoditi dikelola oleh keluarga sendiri. Dia malah menyebut soal suplier komiditi di Kecamatan Cibatu, diserahkan kepada pihak Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Kecamatan Cibatu dan Rumah Telur.
“Termasuk untuk agen dikelola secara profesional. Suplai komoditas dikelola oleh bumdesma dan rumah telur,” kata Aam.
Ketua Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) Bumdesma Kecamatan Cibatu, Acu Sambas, membenarkan jika Bumdesma Cibatu menyuplai kepada suplier komoditas bantuan sembako. Hanya saja, tidak menyeluruh.
“Bumdesma hanya menyuplai lima ton beras. Selebihnya bukan oleh bumdesma,” ujar Acu.
Dari kebutuan 10 ton, sisanya yang lima ton disupali oleh suplaier lain bernama H Junaedi,” kata Acu.
Acu membenarkan jika H Junaedi merupakan suplier program sembako di Kecamatan Cibatu. “Pak Abay selaku Ketua Bumdesma Kecamatan Cibatu yang lebih tahu soal ini. Saya hanya menjembatani saja, antara bumdesma dengan Pak H Junaedi,” ujar Acu. Lanjut dia, H Junaedi kata Acu, mungkin bekerja sama lagi, dengan pihak lain.
Sementara itu pihak Rumah Telur tidak membenarkan terkait suplai komoditi untuk program sembako di Kecamatan Cibatu. “Tidak ada. Rumah Telur gak suplai komoditi ke Cibatu,” kata perwakilan Rumah Telur, berdasar hak tolak meminta namanya tak dipublis.(dik)