Kearifan Lokal Konsen Pembangunan Pemkab Purwakarta
Foto : Tokoh pewayangan Arjuna Memanah sebagai simbol di depan pertigaan BTN Purwakarta.DOK
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Hampir 10 tahun ini, patung menjadi salah satu ikon pembangunan di Kabupaten Purwakarta. Patung-patung tokoh pewayangan khususnya menjadi representasi nilai budaya pembangunan, di kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat ini.
Lalu, apa alasannya. Mengapa patung pewayangan lebih dipilih dalam merepresentasikan pembangunan?
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menilai, sebuah karya seni memiliki energi inspiratif sehingga jika tidak diberikan ruang, maka secara otomatis akan mempersempit ruang inspirasi bagi sebuah komunitas masyarakat.
“Jika ruang seni dipersempit maka energi inspiratif tidak akan ter-transendensi kepada kita. Akhirnya, manusia tidak lagi imajinatif. Kalau sudah begini, tidak ada ide, maka biasanya impor imajinasi dari luar,” jelas Dedi saat menjadi keynote speaker diskusi bertajuk “Problematika Seni Budaya di Ruang Publik” Dewan Kebudayaan Jeprut Jawa Barat (DKJJB), di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan, Kota Bandung Jawa Barat, Sabtu (22/7/2017) kemarin.
Kang Dedi memiliki argumentasi terkait pembangunan karya seni di ruang publik. Sehingga, tak salah jika patung-patung pewayangan kini menghiasi sudut-sudut kota di Purwakarta.
Foto : Tokoh pewayangan Arjuna Memanah sebagai simbol Situ Wanayasa di Purwakarta.DOK
Hal ini menjadi sebuah imajinasi. Imajinasi yang dimaksud oleh Dedi, menurutnya harus berdasarkan karakter wilayah. Di Purwakarta misalnya, ia membangun karya seni berbentuk tokoh pewayangan yang memang mengilhami penyebaran agama Islam di tanah Sunda dan Nusantara pada umumnya.
Cara ini dia lakukan agar masyarakatnya tidak berkiblat pada super hero hasil imajinasi impor.
“Saya membangun itu agar tokoh-tokoh pewayangan di kita itu sejajar dengan Batman, sejajar dengan Superman. Masa super hero luar negeri lebih disukai sementara super hero bangsa sendiri dilupakan,” katanya.
Secara jangka panjang, papar pria yang juga menjabat sebagai Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta tersebut, ruang publik yang memiliki nilai seni dan tertata dengan rapi dapat menjadi salah satu andalan destinasi wisata bagi daerah, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata dan menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah.
“APBD Purwakarta itu kecil, tetapi bisa membangun ruang publik yang ramai dikunjungi orang, kita punya air mancur, kita punya taman-taman yang namanya berkarakter Sunda,” paparnya.
Selain menghadirkan Bupati Purwakarta, diskusi tersebut juga turut mengundang kalangan akademisi seperti Prof Dr Roos Akbar, Dr Rikrik A Kuswara, kalangan praktisi pematung, Nyoman Nuarta dan kalangan Agamawan yang diwakili oleh Dr KH Asep Salahudin dari PWNU Jawa Barat.
EDITOR : DICKY ZULKIFLY