Beras untuk Abidin

Foto : Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memikul beras untuk diberikan pada warganya di Dusun Panenjoan, Desa Salam Mulya Kecamatan Pondok Salam Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Sumber, istimewa Kang Dedi Mulyadi

Terima Laporan SMS Center, Kang Dedi Pikul Sendiri Beras Seberat 50 Kg

SETAPAK demi setapak langkah itu mulai dijejakkan oleh pria berbaju pangsi (pakaian adat Sunda, red) warna hitam dengan tulisan Dangiang Ki Sunda di sebelah dada kanannya. Cukup familier, saat memandang sosok yang satu ini. Namun, ada yang berbeda. Pria ini melangkah dengan memikul sekarung beras untuk diberikan pada seorang warga yang membutuhkan.

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi sosok pemimpin yang lekat dengan iket (ikat kepala adat Sunda, red) ini, memikul sendiri beras seberat 50 kilogram untuk diantarkan pada pasangan keluarga Uris (60) dan istrinya Karsem (55). Kedua orang ini merupakan warganya yang tinggal di Dusun Panenjoan, Desa Salam Mulya Kecamatan Pondok Salam Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, belakangan dikabarkan tidak mampu membeli beras.

Apa yang ia lakukan itu, merupakan respon cepat dari laporan salah satu warga, Abidin (23) yang merupakan putera Uris dan Karsem melaporkan derita kesusahan mereka melalui SMS center Pemkab Purwakarta.

Baca Juga  Gubernur Setif Aljazair Ajak Purwakarta Jadi Sister City

“Sejak tahun 2008 saya membuka layanan SMS center di 08121297775 bagi masyarakat yang ingin berkeluh kesah atau memberikan informasi terkait kehidupan sehari-hari, saya respon setiap SMS yang masuk,” kata Kang Dedi, Senin (1/2/2016).

Kecekatan dan kedekatan seorang pemimpin dengan rakyatnya, memang tak bisa diukur dengan pendekatan politis saja. Pandangan politik sering kali membatasi diri pada persoalan dari dampak elektabilitas yang didapat, manakala seorang pemimpin berbuat sesuatu.

Berbeda dengan Bupati Dedi, tidak main perintah pada bawahannya, ia justru terjun langsung saat mendengar warganya dalam kesulitan. Ia bahkan rela memikul beras dengan berat 50 Kg.

“Kali ini saya mendapat sms dari Abidin warga salam mulya pondok salam ia mengeluhkan pekerjaan dan tidak memiliki beras. Saya langsung berkunjung ke rumah Abidin dan mengecek kondisi yang sesungguhnya sambil saya pikul sendiri beras untuk Abidin,” ungkap Dedi.

Foto : Rumah semipermanen yang ditinggali oleh keluarga besar Uris (60) dan istrinya Karsem (55), warga Dusun Panenjoan, Desa Salam Mulya Kecamatan Pondok Salam Kabupaten Purwakarta

Sehari-hari Abidin tinggal di rumah semi permanen bersama kedua orang tua dan tujuh orang saudaranya. Abidin sendiri pernah bekerja sebagai buruh pabrik lalu beralih profesi menjadi kuli pacul dengan upah Rp50 ribu seharinya.

Baca Juga  Beas Perelek, Nilai Tradisi dan Pendidikan Karakter di Purwakarta

“Karena musim yang tidak menentu, Abidin terpaksa berhenti bekerja dalam kondisi kedua orang tua nya terus didera sakit. Abidin membutuhkan 4 liter beras sehari dengan lauk lalaban seadanya dicampur dengan garam,” terang Dedi.

Warga Purwakarta memang patut bersyukur memiliki Dedi Mulyadi sebagai pemimpin. Sesampainya di tempat tinggal Abidin, Dedi mendapati kondisi di rumah semi permanen. Abidin tinggal bersama orang tua serta tujuh saudaranya, pernah bekerja sebagai buruh dan kuli pacul. Namun karena kondisi musim yang tidak menentu Abidin harus kehilangan pekerjaan.

Foto : Kang Dedi tengah berbincang dengan Uris (60) lelaki paruh baya warganya yang tinggal di Dusun Panenjoan, Desa Salam Mulya Kecamatan Pondok Salam Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, belakangan dikabarkan tidak mampu membeli beras 

“Abidin hanya satu dari sekian ribu orang yang memanfaatkan layanan SMS center. seringkali ada juga warga yang iseng menggunakan layanan ini,” papar Dedi.
Pasangan  Uris dan Karsem tergolong warga miskin yang tinggal di gubuk berukuran 3×5 meter beralas tanah, berdinding bambu dan beratap genting. Mereka tinggal bersama dua anak mereka, Abidin (23) dan Dedeh (28) serta satu orang cucu.

Baca Juga  Jangan Lewatkan, Wisata Edukasi Pameran Etnik Purwakarta Seminggu Ini

“Sejak saya sakit, saya susah cari nafkah untuk bisa hidupi keluarga. Raskin termasuk barang mewah bagi kami,” ujar Uris menceritakan nasibnya pada Dedi.
Anaknya, Abidin yang masih muda itu, baru di-PHK dari pekerjaannya. Ia menganggur. Sedangkan Dedeh, anaknya yang lain, baru ditinggal suami karena berhubungan lagi dengan perempuan lain.

“Saya lagi cari kerja, susah sekali. Kemarin baru di-PHK. Setiap hari tinggal di sini atau kadang-kadang tinggal di rumah kakak kami yang ada di depan, tidak jauh dari sini,” ujar Abidin yang ditimpali dengan pengakuan kakaknya, Dedeh.

“Saya janda. Ketika anak saya besar, usia 4 tahun, suami saya meninggalkan saya. Setiap hari saya tinggal di sini,” ujar Dedeh.

Foto : Tampak dari kanan ke kiri, Dedeh (28), Abidin (23), Karsem (55) dan Uris (60) terlihat bahagia saat didatangi Kang Dedi, pemimpinnya yang membawa bantuan beras untuk dimasak

Pengakuan mereka, keterbatasan ekonomi membuat mereka kesulitan membeli beras. Itu kenapa Uris mengaku beras miskin (Raskin) dari pemerintah termasuk barang mewah. Mimik dan raut muka keluarga ini terlihat bahagia saat pemimpinnya datang langsung memberikan bantuan.(adv)


 

Editor : Dicky Zulkifly