Beas Perelek, Nilai Tradisi dan Pendidikan Karakter di Purwakarta

Foto : Salah satu sekolah yang sukses memberlakukan program ini tak lain Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Tegalwaru.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Program kebijakan beras perelek yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta sejak tahun 2015, bukan hanya menyasar lingkungan masyarakat umum. Sejak awal, program beras perelek di Purwakarta secara aktif juga dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Salah satu sekolah yang sukses memberlakukan program ini tak lain Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Tegalwaru. Bahkan beras yang terkumpul dari siswa, berhasil disumbangkan kepada orang yang membutuhkan.

Kepala SMPN 3 Tegalwaru Cucu Agus Hidayat mengatakan, anak didiknya biasa menyumbangkan beras perelek di hari Kamis Welas Asih. Hari yang ditetapkan sebagai ‘hari kasih sayang’ bagi pelajar di Purwakarta.

Foto : Salah satu sekolah yang sukses memberlakukan program ini tak lain Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Tegalwaru.

“Tradisi ‘beas perelek’ sarat dengan nilai kehidupan. Beas perelek dapat meningkatkan kepedulian atau rasa empati, berperan serta dalam kesejahteraan sosial, melatih jiwa berkorban dari hal yang kecil, melatih kebersamaan dan gotong royong, mewujudkan harmonisasi sosial, dan sebagai bentuk jaring pengaman sosial,” kata Cucu, Rabu (7/2/2018).

Baca Juga  Berwisata ke Purwakarta, Jangan Lupa Berkunjung ke Waduk Jatiluhur

Khusus bagi pelajar, perpaduan nilai tradisi (beras perelek) memupuk nilai pendidikan dasar berkarakter. Dimana anak didik bisa terlatih di wilayah karakter kepekaan sosial dan jiwa berkorban.

“Internalisasi dan tranformasi nilai-nilai dalam tradisi ‘beas perelek’ penting untuk terus dibina dan dikembangkan di kalangan pelajar. Terlebih di era milenial sekarang ini, mulai terjadi evolusi dan difusi sosial budaya yang masif sehingga dapat mempengaruhi karakter siswa,” lanjut Cucu.

Beras perelek di kenal di lingkungan masyarakat Sunda sebagai bentuk kepedulian sosial dan rasa syukur. Istilah beas perelek muncul dari bahasa onomatope, yaitu bunyi yang terdengar dari segenggam butiran beras yang dimasukkan ke dalam ruas bambu.

Baca Juga  Purwakarta Bangun Infrastruktur Jalan Dua Kali Lipat Tahun Ini

“Salah satu upaya transformasi nilai tradisi tersebut kami aktualisasikan melalui kegiatan beas perelek di sekolah. Transformasi nilai-nilai tersebut di sekolah merupakan bentuk inkulturasi budaya, yakni melatih dan membiasakan nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam budaya setempat,” kata Cucu.

Objek utamanya ialah pembinaan kepribadian dasar aspirasi, intuisi, sikap, keyakinan, harapan, perasaan, dan penilaian. Komponen karakter yang terbangun dapat ditempuh melalui tahap pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral.

Foto : Salah satu sekolah yang sukses memberlakukan program ini tak lain Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Tegalwaru.

“Beas perelek atau beas kaheman di sekolah dilaksakan secara rutin setiap hari Kamis. Hari tersebut disebut hari welas asih, sebagai pelengkap hari nyanding wawangi,” terang kepsek. 

Baca Juga  Mobil Keliling BPJamsostek Purwakarta Sambangi PT Hyun Dong Indonesia Sosialisasikan JMO dan MLT

Dimana pada hari tersebut, pihak sekolah berupaya memberikan ruang untuk berekspresi dan berbagi. Siswa yang berkategori mampu secara ekonomi, mengumpulkan segenggam beras dalam rumpun bambu yg dibawa ke sekolah. Demikian juga para guru dan staf tenaga administrasi sekolah. 

“Selanjutnya, beras yang terkumpul dibagikan kepada masyarakat yang berdomisli di sekitar sekolah yang berkategori kurang mampu. Siklus kegiatan berlangsung secara kontinyu dan merata pada semua warga sasaran,” terang Cucu.

Esensi kegiatan beas perelek, untuk membina dan menumbuhkan karakter peserta didik. Dampak dari kegiatan tersebut sungguh besar bagi pengembangan karakter siswa, yaitu munculnya empati, kepekaan, kepedulian, kasih sayang. 

“Demikian pula dampak bagi orang tua siswa yang secara aktif telah membantu warga sekitar sekaligus menjadi jaring pengaman sosial yang dibutuhkan untuk memelihara ketahanan masyarakat dan harmonisasi kehidupan,” tutup Kepsek Cucu.

EDITOR : DICKY ZULKIFLY