Boyke: Pendidikan Karakter Topang Revolusi Industri 4.0

Foto : Caleg DPR RI Dapil I Jabar (Bandung-Cimahi) Partai Golkar Boyke Mohammad Febrian.

BANDUNG, headlinejabar.com

Calon Anggota Legislatif DPR RI Dapil I Jabar (Bandung-Cimahi) Boyke Mohammad Febrian menilai, masuknya perkembangan baru di dunia teknologi dengan sebutan revolusi industri 4.0, memberikan tantangan bagi dunia pendidikan, dalam menyelaraskan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

Pendidikan seyogianya memanusiakan manusia, mewujudkan potensi diri, hingga memberikan manfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Baca Juga  Gelar Stand Up Comedy, Bukti Golkar Jabar Sangat Millenial

“Pendidikan menjadi alat kebijaksanaan manusia dalam berbangsa dan bernegara,” kata Boyke dalam pesan tertulis, Sabtu (19/1/2019).

Boyke yang juga caleg dari Partai Golkar ini menjelaskan, pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 harus tercermin dalam sikap kemandirian para pelajar.

“Meski dunia berkembang begitu pesat, namun pendidikan karakter berbasis kearifan lokal harus diperkuat. Agar budaya yang hadir di lingkungan masyarakat tidak tergerus oleh kecanggihan teknologi,” kata Boyke.

Baca Juga  Satu TPS di Purwakarta Lakukan Pemungutan Suara Ulang

Misalnya, kreatifitas dan inovasi baru dalam berbagai bidang seperti ekonomi kreatif harus terwujud dalam pendidikan karakter ini.

“Pelajar harus memanfaatkan kondisi perkembangan teknologi dengan berbagai kreatifitas yang dimilikinya. Dari bidang usaha bisa menjadi peluang yang besar dalam membangun kemandirian dirinya sendiri,” jelas Boyke.

Sehingga, pendidikan karakter kata Boyke, haruslah meliputi beberapa poin penting dalam membangun potensi diri untuk bisa bersaing dengan bangsa lain.

Baca Juga  KPU Purwakarta Tak Perlu Diskualifikasi Caleg PKB Ceceng Abdul Qodir

“Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah hati (kejujuran dan rasa tanggung jawab), pikir (kecerdasan), raga (kesehatan dan kebersihan), serta rasa (kepedulian) dan karsa (keahlian dan kreativitas),” ujarnya.(dik)