Mantap, SMPN 7 Luncurkan Strategi “Tujuh Bisa”
Foto : Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Purwakarta Drs Maman Surahman
PURWAKARTA, headlinejabar.com
Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Purwakarta Drs Maman Surahman menerapkan strategi berpendidikan di sekolah. Salah satunya, meluncurkan strategi “tujuh bisa”.
Tujuh memiliki arti tekun, ulet, jujur, unggul, hebat. Sementara Bisa memiliki makna bersih, inovatif, sehat, dan agamis. Strategi tersebut, sebagai aktualisasi visi 1000 langkah menuju kesuksesan.
“Kami ingin mengembalikan SMPN 7 seperti masa-masa tahun 96-an. Di momen 1996 – 1997, SMPN 7 Purwakarta menjuara lomba wawasan wyata mandala tingkat nasional. Itu yang menjadi prioritas saya selama menjabat sejak Maret 2014 lalu,” jelas Drs Maman.
Sejauh ini pihaknya menarget keinginan mengangkat citra sekolah di wilayah prestasi. Dengan demikian, lulusan SMPN 7 akan diperhitungkan. Pihaknya juga memfokuskan, pelajar SMPN 7 diterima di SMA dan SMK favorit di Purwakarta.
“Upaya itu, kami fokuskan di wilayah konsep fisik, akademik, dan ekstra kulikuler (Ekskul).
Setiap Hari Jumat selalu digelar tausiah sebelum belajar. Kemudian sebelum pulang, kami biasakan untuk bersih-berih lingkungan,” tutur Maman.
“Dari segi fisik, kami ingin terus berinovasi dalam perbaikan infrastruktur bangunan, fasilitas dan sarana sekolah. Di wilayah fisik, kami juga menerapkan konsep sekolah alam, dengan membangun taman-taman asri sekolah,” tambah Maman.
Dari segi akademis, pihaknya menerapkan konsep kebersihan, keamanan dan ketertiban. Selanjutnya memantapkan kajian belajar melalui penjabaran aturan kurikulim dan pendidikan berkarakter.
“Dari segi Ekskul kami punya yang lebih unggul yakni Paskibraka dan kesenian. Selanjutnya, kami melakukan penekanan di wilayah kajian keagamaan. Sebelum masuk dibiasakan baca Alquran selama 10 menit. Dan kami menarget selama 3 tahun belajar, pelajar hatam Alquran 3 kali,” papar dia.
Sebab hampir 80 persen peserta didik di SMPN 7 Purwakarta merupakan pelajar berdomisili di kota, bukan berarti mereka tidak diarahkan untuk unggul dalam segi kearifan lokal. Untuk siswi, didorong memiliki kecekatan di wilayah keputrian. Demikian dengan pelajar putra, lebih diarahkan memiliki skill keterampilan.
“Kami juga menyediakan beasiswa anak tidak mampu mencakup di dalamnya beasiswa untuk anak yatim melalui BOS. Setiap tahun, kami memiliki program bhakti sosial, ngusap sirah budak yatim. Dilakasanakan tiap 1 – 10 Muharram,” pungkasnya.(dzi)