Dedi Mulyadi Berharap Jabar Tak Kalah dengan Yogyakarta dan Bali Soal Situs Sejarah Berkelas Internasional
![](https://www.headlinejabar.com/wp-content/uploads/2018/05/rps20180508_161548.jpg)
Foto : Cawagub Jabar Dedi Mulyadi menyebut situs peninggalan sejarah di Jawa Barat berkelas internasional.
CIAMIS, headlinejabar.com
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut bahwa situs peninggalan sejarah di Jawa Barat berkelas internasional. Menurut dia, kondisi ini harus berbanding lurus dengan pengelolaan terhadap situs-situs purbakala tersebut.
Hal ini dia ungkapkan saat berkunjung ke situs sejarah Ciung Wanara, di Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, Senin (7/5/2018).
Dalam kunjungan ini, mantan Bupati Purwakarta tersebut turut mengikuti kegiatan ‘Ngikis’. Yakni, sebuah prosesi kearifan lokal-religi di kawasan tersebut jelang memasuki Bulan Suci Ramadhan.
“Situs ini (Ciung Wanara) misalnya, ini berisi pesan-pesan peradaban. Karena itu, basis pengelolaannya harus berbasis peradaban juga. Jawa Barat itu memiliki peradaban bambu, tidak mengenal peradaban besi. Maka bangunan di sekitar daerah ini harus menggunakan bambu,” katanya.
Menurut Dedi, upaya pengembalian basis peradaban tersebut memiliki nilai penting. Pasalnya, wisatawan lebih menyukai tempat wisata bernuansa kearifan lokal karena jenis wisata lain sudah ada di negaranya.
Yogyakarta dan Bali misalnya, menurut dia mampu berdiri di atas kearifan budayanya masing-masing dalam pengembangan pariwisata. Karena itu, Jawa Barat harus bertumpu pada pijakan yang sama jika ingin meraih orientasi sebagai daerah tujuan wisata.
“Jangan kalah oleh Yogyakarta dan Bali. Jangan sampai nanti Jawa Barat belajar penataan lingkungan ke sana. Kita ini juga memiliki peradaban yang kuat, banyak potensi kultur, banyak daya tarik pilihan,” ungkapnya.
Butuh Political Will
Salah seorang tokoh masyarakat Karangkamulyan, Abah Ali mengatakan pihaknya terus berupaya melestarikan kebudayaan setempat. Dia berharap pemimpin Jawa Barat ke depan memiliki karakter kuat dalam upaya pelestarian tersebut.
Sejarah dan kebudayaan kata tokoh sepuh itu, merupakan modal utama penopang kehidupan masyarakat di sebuah daerah. Karena itu, dua hal tersebut harus menjadi perhatian khusus seorang pemimpin.
“Semoga nanti ada seorang pemimpin yang betul-betul paham budaya dan sejarah. Sehingga mampu mengangkat kembali pentingnya kita memelihara situs sejarah dan budaya. Jangan sampai pemimpin itu hanya ngaku-ngaku tahu, padahal tidak tahu,” pungkasnya.