Hujan Tangisan Warga di Acara ‘Paturay Tineung’ Dedi Mulyadi

Foto : Masyarakat di Kecamatan Darangdan dan Bojong menggelar acara ‘paturay tineung’ atau perpisahan untuk Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Masyarakat di Kecamatan Darangdan dan Bojong menggelar acara ‘paturay tineung’ atau perpisahan untuk Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Kegiatan ini digelar di Lapangan Sempurnunggal, Desa Linggasari, Kecamatan Darangdan, Sabtu (3/2) malam.

Sebagaimana diketahui, masa jabatan Bupati dua periode itu akan berakhir pada Maret 2018 mendatang. Sebelumnya, ia mengambil cuti di luar tanggungan Negara karena mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

Puluhan ribu warga Darangdan – Bojong yang hadir tampak terharu menyaksikan penampilan terakhir Dedi di tengah-tengah mereka. Bahkan, banyak di antara mereka yang tak kuasa menahan lelehan air mata.

Dedi memang dikenal sukses menyelenggarakan program ‘Gempungan di Buruan Urang Lembur’ sebagai media komunikasi langsung pemerintah daerah dengan masyarakat.

“Saya dilahirkan di desa ini, sejak lahir sampai sekarang, cuma Kang Dedi yang betul-betul memperhatikan kebutuhan warganya. Nuhun pisan bapak (terima kasih sekali bapak),” kata Erni Suryani (48) warga Desa Linggasari sambil menangis.

Baca Juga  Akibat Proyek Jaling Siswa TK Tak Bisa Sekolah di Depok

Bukan hanya warga, apresiasi terhadap Dedi Mulyadi pun datang dari aparat desa. Ketua RT dari Kampung Kertasari, Desa Cilingga, Darangdan, Arifin (55) merasakan peningkatan kesejahteraan dirinya sebagai aparat.

Ia menyebut, selama 20 tahun menjabat sebagai Ketua RT, hanya pada kepemimpinan Dedi Mulyadi sebagai Bupati lah nasibnya diperhatikan. Perhatian tersebut terlihat dari peningkatan honornya dari Rp225 ribu per triwulan, menjadi Rp650 ribu per bulan.

“Nasib kami sebagai aparat dan ujung tombak pelayanan pemerintah sangat diperhatikan. Semoga Purwakarta mendapatkan pemimpin yang sebanding dengan Kang Dedi Mulyadi,” ujarnya.

Pembangunan suprastruktur dan infrastruktur di wilayah tempat tinggal Arifin pun berlangsung pesat. Kultur masyarakat desa terjaga melalui Peraturan Bupati tentang Desa Budaya dan infrastruktur jalan pun tak ketinggalan dibangun secara massif. Sehingga, kata dia, mobilitas ekonomi dan aktifitas warga Desa Cilingga berlangsung cepat.

Baca Juga  Rumah Seorang Guru di Purwakarta Roboh

“Kami berkegiatan ada payung hukumnya. Kultur desa kami terjaga. Sekarang pun kalau ke kota bisa lebih cepat, jalan di kampung sudah bagus,” katanya.

Kenangan untuk Warga

Seorang pemuda menarik perhatian Dedi Mulyadi saat berada di atas panggung. Pemuda tersebut tampak memiliki tato di bagian lengan dan kaki. Uniknya, ia juga terlihat memegang sebuah botol susu untuk bayi.

“Kadieu kang (kesini kang), duh penampilan tato ala punk tapi hatinya pink ini, salut pisan,” kata Dedi bercanda.

Pemuda tersebut menyebutkan identitasnya. Ia mengaku bernama Jajang (22) warga Kabupaten Bandung Barat yang mempersunting seorang gadis di Desa Linggasari. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai pelukis rumah dengan bayaran Rp80 ribu.

Baca Juga  Keren... Karang Taruna Kampung Cibitung Bandung Barat Gelar Tebar Aksi Desa Berlari

Sementara sang istri, Iis Juliana (20) bekerja sebagai pegawai rumah makan di Jatiluhur dengan penghasilan Rp800 ribu per bulan.

“Kerja mah tergantung order Pak, kalau istri mah penghasilannya rutin per bulan,” tuturnya.

Dedi dan beberapa warga yang hadir memberikan sumbangan kepada Jajang untuk membuka usaha. Hasilnya, terkumpul uang Rp10 Juta. Jajang ternyata lebih memilih menggunakan uang tersebut untuk beternak domba.

“Serius kamu mau ternak domba?,” tanya Dedi yang dijawab anggukan oleh Jajang.

Dedi kemudian memberikan amanah kepada Jajang bahwa modal tersebut merupakan kenangan dari dirinya dan warga Purwakarta. Ia meminta agar Jajang memanfaatkan modal tersebut dengan baik.

“Ini kenangan, mohon dimanfaatkan dengan baik,” pungkasnya.

Momen tersebut bukanlah momen puncak. Saat Dedi turun panggung, ia disambut dengan tangisan histeris warga yang hadir. Mereka bersedih karena Dedi tidak akan lagi memimpin Purwakarta.