Blusukan, Rintisan Dedi Mulyadi Sejak 1999

Foto : Bakal calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sering menggelar acara blusukan ke luar daerah Purwakarta.

PURWAKARTA, headlinejabar.com

Bakal calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sering menggelar acara blusukan ke luar daerah Purwakarta. Kegiatan tersebut bernama Safari Budaya, sementara di Purwakarta, kegiatan itu dikenal dengan istilah ‘Gempungan di Buruan Urang Lembur’.

Bagi warga Purwakarta, kegiatan tersebut sudah merupakan hal biasa. Dedi diketahui sudah melakukan blusukan sejak Tahun 1999. Saat itu, dirinya menjabat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Purwakarta.

Dedi sendiri saat itu mendapatkan mandat dari DPD Partai Golkar Purwakarta untuk membina tiga kecamatan, yakni Plered, Tegalwaru dan Maniis. Usai berkampanye, ia biasanya menginap di rumah warga setempat untuk mendengarkan aspirasi mereka secara langsung.

“Tos teu aneh Kang Dedi mah, saprak jadi dewan ge tos kitu. (Sudah tidak aneh Kang Dedi mah, sejak jadi dewan juga sudah begitu),” ujar Atep (43), warga Tegalwaru, Purwakarta, Selasa (30/1).

Atas prestasinya merespon aspirasi warga, salah satu kader terbaik Nahdhatul Ulama itu dipercaya menjadi Wakil Bupati Purwakarta pada Tahun 2003. Pada periode ini, Dedi ternyata tidak meninggalkan kebiasaan blusukan yang sudah dirintisnya.

Baca Juga  Anies-Sandi Siap Tunaikan Janji Saat Kampanye

Ia diketahui terus menggiring leading sector dinas berbasis layanan masyarakat untuk terjun langsung ke halaman rumah warga. Untuk selanjutnya, sampai akhir masa jabatannya sebagai Bupati Purwakarta pada tahun ini, kegiatan ini masih berlangsung.

Adapun blusukan ke rumah warga itu bernama ‘Gempungan di Buruan Urang Lembur’ atau berkumpul di halaman rumah warga.

“Saya mendapatkan KTP-el, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran dari acara gempungan di lapangan desa,” kata Atep menyambung pembicaraan.

Selain pelayanan dokumen kependudukan, kegiatan gempungan juga melayani pembuatan perizinan usaha. Dokumen seperti SITU, SIUP dan TDP dilayani oleh para petugas dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Tak ketinggalan, para petugas dari Dinas Kesehatan Purwakarta pun juga turut serta. Mereka melayani keluhan warga yang sedang menderita sakit. Warga tidak dipungut biaya atas layanan cek kesehatan maupun obat yang mereka terima.

Malam harinya, desa yang menjadi tuan rumah kegiatan tersebut melangsungkan pertunjukan seni. Karavan seni Emka9 dan pelawak sunda Ohang biasanya turut serta memeriahkan acara.

Baca Juga  Panwaslu Depok Ajak Pemilih Pemula Untuk Menjadi Agen

Safari Budaya di Pelosok Jabar

Rangkaian kegiatan tersebut rupanya mengilhami Dedi Mulyadi untuk melayani masyarakat di luar Purwakarta. Berangkat dengan kemasan ‘Safari Budaya’, sejakĀ  2010, santri kesayangan Rais Aam PBNU Kiai Ma’ruf Amin itu aktif berkeliling Jawa Barat.

“Sebagai orang kampung saya merasa terhormat atas kedatangan Kang Dedi. Saya dengar ke Indramayu, Majalengka dan Kuningan juga beliau hadir. Lokasi kegiatannya juga selalu di pelosok kampung,” ujar Yusnaedi (52), warga Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon.

Dedi Mulyadi selalu meninggalkan kesan mendalam di seribu lebih desa yang sudah ia kunjungi. Keluhan warga berupa kesulitan ekonomi mulai dari mata pencaharian hingga biaya pendidikan ia selesaikan saat itu juga.

Mantan aktivis buruh itu selalu memberikan kail berupa modal usaha. Sehingga penerima bantuannya tidak menggunakan modal tersebut untuk kebutuhan konsumsi habis pakai.

“Jiwa sosial Kang Dedi itu tinggi. Selain budayawan, beliau juga seorang dermawan,” ujar Fahmi Muzakki (28), warga Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga  Balon Bupati Purwakarta Ini Soan Kepada Nenek Berusia Satu Abad

Jadi ‘Dulur’ Orang Kampung

Dedi Mulyadi sendiri mengungkapkan bahwa kebiasaannya tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan silaturahmi. Ia mengakui, kini kebiasaannya itu bertambah secara frekuensi akibat banyaknya undangan.

“Sudah biasa, gak usah dibesar-besarkan. Tapi memang sekarang lebih padat karena banyak undangan,” katanya.

Meski berkeliling Jawa Barat sejak Tahun 2010, Dedi memastikan tugasnya sebagai Bupati Purwakarta sampai akhir masa jabatan tidak terganggu. Pasalnya, dia melakukan kegiatan tersebut pada sore hingga malam hari.

“Saya senang mendengar curhatan mereka. Itulah masalah-masalah yang saya inventarisir dan menjadi berbagai gagasan yang siap saya laksanakan. Kalau saya masih mampu selesaikan, saya selesaikan saat itu juga. Jadi, menambah pengetahuan saya tanpa mengganggu tugas sebagai Bupati, saya bergerak sore atau malam,” ujarnya.

Silaturahmi yang telah lama ia lakukan tersebut ternyata mendatangkan berkah, Dedi mengaku kini banyak memiliki saudara di pelosok kampung.
“Saya mah apa atuh, itu mah saya senang saja bersilaturahmi. Jadi, sekarang banyak saudara di kampung,” pungkasnya.